Rabu, 25 Juli 2018

Membangun Etos Kerja Berbasis Spiritual Learning


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Tulisan kali ini adalah permintaan khusus dari musyawarah mingguan markaz. Markaz adalah istilah yang digunakan dalam kerja dakwah wa tabligh, sebagai pusat pertemuan atau masjid sentral. Fungsi markaz selain tempat ibadah dan ta'lim atau wadah pembelajaran agama. Markaz juga digunakan untuk merancang, mengontrol, mengoordinasikan unit-unit dakwah baik skala jamaah, perorangan baik persatuan wilayah pemerintahan. Pembahasan yang dititikberatkan pada pembinaan amalan  masjid dan masyarakat yang mendiami kawasan pemukiman tertentu.

Pada musyawarah itulah, penulis diamanatkan untuk membuat semacam profil singkat. Profil tentang apa dan bagaimana potensi dan pembinaan kecerdasan spiritual atau yang dikenal dengan Spiritual Quotient (SQ).

Walaupun yang diminta adalah berbentuk syllabus. Tapi, penulis sengaja menyusunnya dalam bentuk artikel agar mudah dikonsumsi oleh semua orang. Serta tulisan ini bisa dijadikan panduan awal untuk mengenal potensi Kabupaten Kolaka Timur (Koltim). Serta apa manfaat atau output yang akan dicapai dengan proses pembelajaran dengan metode khuruj fii sabilillah ini. Demi pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) dimaksud. sehingga, menghasilkan mental  abadi praja yang patriotik, nasionalis dan agamis.

Untuk memudahkannya, kami membaginya dalam beberapa bagian. Silahkan disimak.

1. Selayang pandang Kabupaten Kolaka Timur (Koltim).

Menurut keterangan dari pusat informasi Kabupaten Kolaka Timur yang dimuat pada situs kolakatimurkab.go.id bahwa Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu dari 17  kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk melalui UU Nomor 8 tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Kolaka Timur yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka tersebut terdiri dari 117 desa dan 16 kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan.

Kabupaten Kolaka Timur masuk dalam kawasan strategis nasional (KSN) Kepentingan Ekonomi & Lingkungan yakni KSN Kapet, KSN Rawa Aopa Watumohai dan KSN Rawa Tinondo. Selain itu, Kolaka Timur juga dimasukkan dalam kawasan strategis provinsi yakni PKIP Wilayah Pelayanan Pomalaa & KSP Industri Perkebunan Kakao Ladongi.

Potensi besar dari Kabupaten yang diharapkan memberikan sumbangsih kepada negara itu. Sumbangsih dibidang pengembangan ekonomi dan pemberdayaan lingkungan khususnya, dan penyejahteraan masyarakat pada umumnya. Semua itu hanya bisa terealisasi jika aparatur pemerintahan yang mendiaminya memiliki inner control atau kontrol dalam. Inner control yang terpatri  dalam diri untuk terus berkarya kepada kemaslahatan manusia demi pengabdian kepada Sang Khalik.

Inner kontrol itulah yang disebut dengan kecerdasan spiritual alias Spiritual Quotient (SQ). Dengan Spiritual Qoutient mampu mengontrol kinerja aparatur negara tanpa pamrih, karena bagi sang aparatur mengabdi dan memberikan pelayanan yang prima kepada seluruh khalayak adalah suatu anugerah, perintah suci dari Pemilik Alam, Allah swt.

Kabupaten yang memiliki PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak 7. 114 jiwa itu (BPS: 2015). Jika tidak dikontrol oleh inner control yang tangguh, maka tidak bisa dipungkiri kekurangan dan kekeliruan yang disengaja, akan nampak disana dan di sini. Kekeliruan dalam menjalankan tugas merupakan suatu keniscayaan yang melekat pada sifat kemanusiaan. Tapi, unsur kesengajaan dalam melakukan suatu kesalahan apalagi kesalahan bersistem, ini sesuatu di luar kepatutan. Hanya dengan inner control yang sempurna dan mumpuni saja yang bisa mengatasi itu.

Katakanlah, 10% saja yang melakukan kesalahan secara tersistem seperti di kabupaten yang tidak perlu disebut. Angka ketidak hadiran para aparatur negara pada kabupaten lain itu, telah membuat sistem pelayanan publik begitu terganggu. Maka, kami hadir sebagai solusi untuk menawarkan kegiatan yang selaras dengan program pemerintah pusat untuk 'merevolusi mental' baik aparatur negara,  eksekutif, yudikatif, dan legislatif sampai kepada tingkat terendah buruh, dan seluruh lapisan masyarakat.

Kegiatan dakwah dan tabligh yang telah tumbuh berkembang hampir diseluruh jagad. Bukan hanya di nusantara tercinta ini, tapi telah menembus ke seluruh wilayah yang pernah ditinggali oleh manusia. Ke kutub utara, suku eskimo, jamaah dakwah ini telah sampai ke sana. Bukan untuk sekedar wisata tapi yang lebih prinsipil adalah untuk membangun kesadaran umat akan hari pembalasan di akhirat.

Akan tiba suatu masa yang mana kita dihadapan dengan seluruh catatan baik maupun buruk. Disidang di hadapan seluruh manusia. Kakek-nenek kita lihat perbuatan kita, anak-cucu kita berantai sampai hari kiamat akan menyaksikan hasil karya dan perbuatan kita. Apakah karena Allah atau karena yang lainnya. Inilah, inner control yang mesti disusupkan kepada jiwa-jiwa para hamba Allah itu. Apapun status dan golongannya, pangkat dan jabatannya. Hartawan atau miskinkah dia. Ningrat atau jelatakah dia, mesti tercipta jiwa-jiwa yang takwa. Jiwa yang senantiasa mengharapkan perjumpaan yang paling diridhoi oleh Allah, yakni mati dalam keadaan husnul khatimah. Mati dalam puncak karya, mengabdi kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya.

"Barangsiapa yayang berbuat kebajikan (walaupun) sebesar zarrah pasti ia akan melihat balasannya. Dan Barangsiapa yang melakukan kebejatan (walaupun) sebesar zarrah, pasti dia akan melihat balasannya." (QS Az-Zalzalah: 7-8) 

2. Pengaruh Spiritual dalam etos kerja

Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa inner control adalah pola sistem kontrol yang berlangsung kapan dan dimanapun. Semua aparatur pemerintahan akan menjalankan amanah, tugas, pekerjaan yang sesuai tupoksi masing-masing instansi. Pelaksanaan tupoksi (Tujuan Pokok dan Fungsi) dari setiap individu pada instansi masing-masing hanya bisa berjalan jika ada rasa tanggung jawab dan merasa dikontrol oleh 'Big Boss'. Mental ABS (Asal Bapak Senang) adalah mental yang dilahirkan dari rezim otoriter. Semua ingin kelihatan lancar dan baik dihadapan the big boss, bos besar. Padahal, dari segi fakta dan kenyataan di lapangan tidak seperti laporan diatas kertas itu. Inilah kerja yang sebenarnya, berbuat yang terbaik walaupun the big boss sedang di luar. 

Jika tugas dan tanggung jawab ini, berjalan sesuai dengan inner control yang diharapkan. Maka, kemajuan disegala bidang akan berjalan naik. Grafik pertumbuhan ekonomi, kestabilan sosial kemasyarakatan, menurunnya angka kriminalitas dan semua dampak positif dari peningkatan etos kerja dengan inner control akan nampak merata. Inilah tujuan didirikan negara ini. Untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. 

Pekerjaan adalah ibadah. Apalagi, pekerjaan yang bentuknya pengabdian kepada khalayak. Perhatikan sabda Rasul berikut ini. 

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ» قلنا: لمن؟ قال: «لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم». رواه مسلم
"Agama adalah nasehat. Para Sahabat bertanya: Untuk siapa?. Dijawab Nabi: Nasehat untuk Allah, nasehat untuk Rasul, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh khalayak". (HR. Muslim)

Telah dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muslim bahwa maksud nasehat disitu adalah, "uridul khair ilal ghair", menghendaki kebaikan kepada selain dirinya. Dalam bahasa kita adalah pengabdian dan dedikasi. Jadi, agama (Islam) itu adalah dedikasi kepada Allah, kepada Rasul, kepada pemimpin kaum muslimin dan masyarakat seluruhnya. 

Tidak cukup sampai disitu, Allah swt. pun berfirman. "Bekerjalah! 

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 105)

Stressing dan penekanan disini sangat jelas agar dalam menjalankan amanah pemerintahan, atau pekerjaan apapun perlu menghadirkan nilai spiritual di situ. Bahwa, pekerjaan ini adalah tugas suci yang diperintahkan oleh Sang Ilahi. Selain pengabdian dan pelayanan kepada publik ini adalah amanat nasional dan amanat Allah dan Rasul-Nya. 

3. Hubungan Emosional dan Spiritual Quotient (ESQ)

ESQ adalah singkatan dari Emosional, Spiritual Quotient. Maksudnya, emosional yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip spiritual. Maka, akan timbul harmonisasi antara hubungan horizontal kemasyarakatan dan stabilitas vertikal ketuhanan. 

Orang yang melakukan pengabdian dan pelayanan hanya berdasarkan horizontal emosional. Berdasarkan untung-rugi pada titik terendah dalam menjalani hidup ia akan frontal dengan keadaan. Tapi, jika ia memiliki ESQ yang mumpuni, maka perkara yang dicemaskan itu menjadi sirna. Why? Karena telah terpatri dalam jiwanya bahwa ada kontrol dari sang pencipta. Semua ada jatah dan porsi masing-masing. Tidak perlu risau dengan keadaan yang mencemaskan ini dan itu. Semua bisa memperbaiki dengan penataan stabilitas, dimulai dari diri sendiri dan hal-hal yang kecil menuju perbaikan global. 

Inilah keseimbangan dan harmonisasi hidup. Yang dikejar oleh para filsuf. Diceritakan oleh para sastrawan, digembar-gemborkan oleh para politisi dan diceramahkan oleh para pendakwah. Keseimbangan dalam segala bidang. Aspek terkecil hingga terbesar. Itulah keseimbangan vertikal dan horizontal. 

4. Apa dan bagaimana pembelajaran Spiritual Learning

Sempat sudah ada pra-perkenalan di depan. Bahwa kegiatan dan usaha dakwah wa tabligh adalah usaha yang telah berjalan di seluruh pelosok dunia. Dengan usaha yang telah dirintis sejak 1925 silam. Usaha yang murni bergerak pada bidang perbaikan sifat kemanusiaan. Perbaikan sifat ketakwaan. Perbaikan dibidang sosial kemasyarakatan. Perbaikan akhlakul karimah. Usaha yang tidak ada kaitannya dengan isu apapun, baik ras, politik dan golongan. 

Usaha yang lahir dari anak benua india itu, telah banyak mengubah keputusasaan menjadi harapan. Telah mengubah dari lembah kenistaan kepada puncak kemuliaan. Usaha yang jika dijalankan sesuai tertib zahir dan batin maka akan menghasilkan manusia yang paripurna. Manusia yang senantiasa Inabah, kembali kepada Allah. Walaupun godaan silih berganti menghampiri, bukan dia akan terjerumus. Malah, dia akan menjadi pionir kebaikan dan perbaikan. Inilah usaha dengan modal diri sendiri dan harta sendiri. 

Inilah tertib perbaikan yang spektakuler itu. Usaha yang bukan hanya membentuk pribadi yang pesimis tapi optimis. Usaha yang tidak membutuhkan banyak modal, apalagi menghabiskan APBD. Mengapa demikian? Karena usaha dakwah ini mensyaratkan perbaikan diri dengan pengorbanan. Pengorbanan dari yang paling kita cintai baik dari segi materiil dan moril. Perbaikan yang menuntut perbaikan, diri, harta dan waktu. Maka, modal awalnya adalah diri, harta dan waktu itu dikorbankan terlebih dahulu. Allah firmankan. 

"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat. Dan berjihadlah kamu dengan harta dan diri kamu sendiri di jalan Allah. Yang demikian itu, lebih baik jika kamu mengetahui." (QS Attaubah: 41).

Walaupun sebenarnya, jihad dalam konteks khusus adalah membela kaum muslimin dalam keadaan terdesak oleh serangan musuh. Tapi, secara luas jihad adalah upaya memperjuangkan nilai-nilai spiritual dalam mengamalkan agama baik dari segi perbaikan hubungan vertikal ataupun horizontal.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

"Kamu tidak akan mencapai kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan apa-apa yang paling kamu cintai." (QS Ali Imran: 92)

Begitupun dakwah ini, tidak akan tercapai perbaikan secara total dan menyeluruh . Manakala tidak dikorbankan harta, diri dan waktu yang begitu berharga. Kebiasaan dan kesenangan kita adalah menghamburkan 3 potensi tadi, harta, diri dan waktu sesuai nalar yang kita suka dan cintai. Tapi, demi terapi dan perbaikan spiritualitas, mentalitas atau aspek emosional hanya bisa terlaksana jika juklak (petunjuk dalam pelaksanaan)  pada terapi itu dilaksanakan.

Bukankah, kita pun akan melakukan hal serupa jika membutuhkan terapi pada perbaikan kesehatan 'luar' kita. Kesehatan jasadiah. Bahkan, orang yang terkena diabetes rela untuk meninggalkan memakan nasi, mengkonsumsi manisnya gula, dan sebagainya.

5.  Sarana Pembelajaran Spiritual Quotient (SQ)

Sarana Pembelajaran pada spiritual learning ini sangat sederhana. Sarana yang dibutuhkan tidak memerlukan pengadaan barang tertentu. Yang dibutuhkan hanyalah kesiapan dari peserta untuk tawajuh alias fokus dalam mengikuti dan terlibat langsung dalam kegiatan dimkasud. 

Pola kegiatan dan pembinaan spiritual Qoutient adalah berbasis masjid. Sebagaimana Rasulullah saw membentuk kepribadian sahabatnya di kurun awal generasi terbaik dari umat ini. Baik dalam safar, hijrah ke madinah, semua yang menjadi sentra kegiatan adalah masjid. Di perjalanan namanya masjid Quba yang diprakarsai oleh seorang sahabat bernama Ammar bin Yasir ra.

Ketika di madinah. Masjid Nabawi adalah pusat dari semua kegiatan untuk membangun dan membina umat yang rahmatan lil alamin itu. Yah, demikian pula kegiatan spiritual learning ini. Masjid adalah pusat kegiatan, yang dibutuhkan pada masjid yang ingin digunakan hanyalah fasilitas untuk sholat berjamaah, tempat wudhu dan MCK yang mumpuni. 

Sebab, kegiatan ini berlangsung selama 3 X 24 jam. Ini adalah standar kurikulum baku internasional. Seluruh dunia pola i'tikaf pesantren kilat untuk pembinaan iman dan amal ini adalah sudah standar. Tidak bisa dirubah. Jika dirubah, dalam artian dikurangi waktu pelaksanaannya, kemungkinan hasil terapi ruhani yang diinginkan malah tidak tercapai. Dengan kata lain pencapaian yang tidak maksimal. Sebagaimana orang terapi, maka banyak hal yang harus dia tinggalkan. Seperti itupun, keluarga dan kesibukan yang lain semua ditinggalkan. Hanya fokus pada perbaikan iman dan amal sebagai sarana pembentukan spiritualitas dan ketakwaan kepada Allah swt. 

Bagi peserta, pasti membutuhkan biaya konsumsi selama 3 hari. Tidak mahal, budget pengeluaran untuk konsumsinya. 3 X 24 jam hanya membutuhkan biaya standar Rp 30.000 - 36. 000.  Setiap hari hanya merogoh kocek Rp 10.000 - 12. 000,- tidak mahal bukan? Yah, itu semua sudah mencukupi untuk ngopi atau snack pagi-sore. Makan siang dan malam. Wow fantastis! Memang, demikianlah agama mengajarkan kita untuk secukupnya. Tapi tidak berkekurangan. 

Sarana Pembelajarannya adalah para peserta dilibatkan full baik dari pelibatan materi, rasa, perenungan yang dalam bagi setiap peserta itu. Para peserta akan berkontemplasi dengan dirinya sendiri. Ia akan mengukur sejauh mana dirinya telah berjalan sesuai dengan rambu-rambu Ilahiah dan rambu-rambu pemerintah. Selebihnya, akan dijelaskan pada program kegiatan selama 3 X 24 jam di bawah ini. 

6. Program dan materi Spiritual Learning

Materi yang akan disampaikan oleh para instruktur adalah seputar materi adab sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa demikian, karena selama 3 X 24 jam adalah hanyalah aplikasi kemasyarakatan yang berbasis masjid. Kegiatan ini tidak lain hanyalah kegiatan pembentukan karakter spiritual yang mumpuni. Pembinaan karakter spiritual tidak membutuhkan materi ceramah yang membosankan hingga berjam-jam. Tidak, metode pelibatan langsung kepada praktek amaliah. Pembiasaan makan duduk sesuai sunnah, berpakaian ala sunnah, minum tidak berdiri ala sunnah, bertutur senantiasa diisi dengan kalimat dakwah dan hikmah. 

Muzakarah adalah metode yang paling sering digunakan pada penyampaian materi "aplikasi adab dan sunnah". Muzakarah adalah kegiatan take and balances dari, dan untuk kita. Tidak monoton dari A sampai Z hanya pemateri tok yang berbicara, sedangkan peserta hanya melongo. Peserta hanya D4P (datang, duduk, dengar, diam dan pulang). Tidak, tidak seperti itu. Setelah peserta dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5- 10 orang. Satu instruktur akan menemani. 

Muzakarah tentang adab berlangsung sekitar 15 menit kemudian peserta akan mengulang apa yang telah disampaikan atau menambah dari materi apa yang mau ditambahkan. Take and give adalah metode terbaik untuk mengaktifkan semua peserta. Eit, itu bukan sarana pembelajaran murni. Pembelajarannya dikatakan sempurna jika peserta terlibat langsung dalam pengamalan nilai-nilai adab dan sunnah dalam 3 X 24 jam itu. Jika minumnya masih berdiri maka peserta yang lain atau instruktur akan mengingatkan dengan lembut tentang amalan sunnah yang telah didapat pada materi sebelumnya. Sehingga, materi bukan hanya dihafal tapi lebih daripada itu diamalkan dan disampaikan. Proses Pembiasaan ini berlangsung khidmat selama 3 X 24 jam tersebut. 

Ada juga, program jaulah. Jaulah adalah program dakwah keliling. Dakwah seperti ini lebih mirip dan mendekati cara dakwah semua para Nabi dan Rasul. Inilah metode terbaik untuk membentuk karakter da'i yang membaja. Karakter yang tidak terkesan dengan pujian dan tidak rendah dengan makian.

Kegiatan ini berlangsung pada sore hari, ketika kebanyakan masyarakat telah kembali dari beraktivitas di luar rumah. Rombongan dibentuk sekitar 8 - 10 orang. Ada yang ditugaskan sebagai dalil atau penunjuk arah. Kerjanya mengetok pintu, memberikan salam dan menyampaikan bahwa ada penyampaian dari jamaah. Setelah orang yang dituju atau tuan rumah itu siap mendengar, maka seorang mutakallim tampil. 

Mutakallim adalah pembicara alias juru bicara dari jamaah jaulah. Ia akan berbicara singkat seputar kehidupan dunia yang sementara dan membutuhkan bekal untuk menuju akhirat. Semua peserta mendengar dengan tertib. Pengulangan materi dan penyampaian dari sang mutakallim itu akan membekas pada pembicara sendiri dan kepada jamaah jaulah itu sendiri. Diakhir pembicaraan, sang mutakallim akan mengajak tuan rumah untuk terlibat langsung di masjid pada ceramah maghrib. 

Kronologi kegiatan mulai dari awal hari sampai berakhir adalah seperti berikut. Pertama, kegiatan ini dimulai dengan musyawarah- tentunya pembekalan atau yang diistilahkan dengan bayan hidayah telah diterima sebelum keberangkatan di Masjid tempat kumpul awal-. Musyawarah seputar apa yang akan dilaksanakan pada hari itu, siapa petugas, siapa bagian khidmat atau pelayanan kepada jamaah, siapa yang akan dikunjungi secara khusus alis jaulah khususi. Siapa yang bertugas sebagai penceramah atau mubayin pada ba'da maghrib dan ba'da Subuh. Dimusyawarahkan pula, siapa instruktur atau amir muzakarah. Berapa kisaran biaya makan atau konsumsi dalam sehari. Siapa yang bertugas untuk ta'lim atau pembacaan kitab Fadhilah amal, peserta yang bagus bacaannya pun boleh tampil. 

Setelah musyawarah, maka peserta akan diberikan muzakarah singkat tentang adab dan etika ketika berada di masjid. Kemudian istirahat beberapa menit, istirahat diisi dengan sholat sunnah, baik Dhuha, zikir atau baca Al-Qur'an. Setelah itu program dilanjutkan dengan ta'lim pagi yang berlangsung dari jam 9 sampai jam 11.30. Menghabiskan waktu sekira 2,5 jam. 

Sesi ta'lim dibagi 3 bagian. Ta'lim kitab fadhilah amal, perbaikan tajwid bacaan Al-Qur'an alias halaqoh tajwid, dan muzakarah sifat mulia para sahabat yang dikenal dengan muzakarah 6 sifat. Setengah jam menjelang zuhur berlangsung kegiatan Ijtim'iyat atau program bersama diistirahatkan. Program jedah dengan baca Al-Qur'an, zikir atau para peserta saling berbagi satu sama lain tentang materi yang telah dimuzakarahkan. 


Setelah selesai sholat zuhur dilangsungkan dengan pembacaan satu hadits tentang keutamaan shalat. Pembaca boleh diambil dari peserta sesuai keputusan musyawarah pagi. Kemudian ada muzakarah singkat tentang adab dan sunnah makan. Jedah diantara ta'lim zuhur dan muzakarah ada sholat sunnah ba'da zuhur. Setelah makan, peserta diberikan waktu istrahat siang alias qailulah. 

Istrahat dimaksud untuk menguatkan ketika tahajud. Setengah jam menjelang ashar semua telah rapi untuk menuju sholat ashar. Pada sesi istrahat tadi,  peserta tidak boleh meninggalkan masjid, pusat kegiatan. Jika ia tidak merebahkan punggungnya, maka ia habiskan sesi istrahat dengan banyak berzikir, bertafakur menghayati hakikat kehidupan atau pula ia menghabiskan dengan membaca Al-Qur'an atau sholat sunnah. 

Setelah ashar ada ta'lim satu hadits seperti zuhur tadi. Cuman, ditambah dengan ajakan kepada masyarakat untuk terlibat dalam proses jaulah umumi, jaulah kepada seluruh khalayak. Juga ajakan untuk terlibat dalam ceramah maghrib setelah sholat berjamaah nanti

Ceramah maghrib menjelang isya. Seluruh isi ceramah maupun muzakarah tidak menyinggung masalah politik, masalah pemerintahan, masalah khilafiah atau perbedaan pendapat dikalangan ulama. Tidak menyinggung tentang sumbangan kepada jamaah atau membesar-besarkan status sosial orang tertentu. Murni, hanya membicarakan tentang hakikat kehidupan, amal ibadah yang akan dibawa, bagaimana perbaikan hubungan sesama manusia, manusia dan alam, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan pencipta-Nya. 

Setelah isya, ba'da sholat sunnah isya. Langsung jamaah sebagian bermuzakarah tentang ushul atau pokok-pokok dakwah atau seputar adab tidur atau adab dan  bersama istri, atau bersama keluarga atau adab dalam keseharian lainnya. Sementara sebagian yang lain bersilaturahim ke tokoh- tokoh tertentu untuk berbagi mengenai kepentingan dakwah di semua kalangan atau dikenal dengan jaulah khususi. 

Setelah dinner atau makan malam. Semua peserta dianjurkan beristirahat lebih awal agar bisa bangun tahajud lebih awal pula. Pelaksanaan tahajud tidak dilaksanakan secara berjamaah agar para peserta terbiasa untuk tetap tahajud di rumah ketika sudah kembali. Ia akan tahajud seberapa rakaat saja yang disanggupi. Sisanya, ia bisa isi dengan zikir dan baca Al-Qur'an. Setelah subuh dilanjutkan dengan bayan atau ceramah subuh. Setelahnya dilanjutkan dengan musyawarah program dan evaluasi kinerja dan amalan yang telah dilaksanakan, setiap peserta akan memberikan karguzari atau laporan singkat mengenai apa yang telah dilaksanakan atau dipelajari. 

Adapun materi muzakarah yang akan disampaikan adalah.
a. Adab Masjid
b. Ushul Dakwah atau pokok-pokok alias pondasi dalam dakwah. Diantaranya, tidak membahas mengenai politik praktis maupun aib diri, orang lain dan masyarakat.
c. Adab makan-minum
d. Adab tidur
e. Adab jaulah atau silaturahim baik khususi maupun umumi
f. Adab bermuamalah dalam pekerjaan
g. Adab keseharian di rumah atau di tempat kerja.
h. Bagaimana agar semangat atau jazbah agama tetap lestari ditengah badai kerusakan.

Demikian poin-poin tentang manhaj dakwah yang suci ini. Semoga dapat kita laksanakan dan dipraktekkan sebagaimana mestinya. Dari kami hamba Allah yang penuh kekurangan.

Wanggudu, 26 Juli 2018
Pukul 04.34 menjelang subuh di keheningan tahajud.

==========
Daftar Bacaan:

Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Kitab  Himpunan Fadhilah Amal. Bandung. Pustaka Ramadhan

An Nadwi, Abul Hasan Ali. 2009. Sejarah Maulana Ilyas Menggerakan Jamaah Tabligh. Mempelopori Khuruj Fii Sabilillah. Bandung. Pustaka Ramadhan

Badan Pusat Statistik. 2015. Kolaka Timur Dalam Angka. Kolaka. BPS Pusat.

Kolakatimurkab.go.id. diakses 24 Juli 2018

Jumat, 13 Juli 2018

2 Menu Untuk Kebahagiaan Da'i Ketika Terpuruk (Seri Pertama)


By
Mujiburrahman Al-Markazy


Dakwah adalah pekerjaan terbesar dan terberat. Ini bukan pekerjaan orang ecek-ecek. Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia super. Bukan superman, Batman, Spider man, atau super-super lainnya yang hanya fiktif belaka. Ini adalah pekerjaan para Nabi dan Rasul as. Tidak ada seorang Nabi dan Rasulpun kecuali ia akan berdakwah. Terlepas dari diskusi apakah cuman Rasul yang dakwah atau Nabi juga dakwah...? Yang jelas Dakwah adalah pekerjaan super besar yang Allah berikan kepada orang pilihan-Nya, kepada orang yang dicinta-Nya.

Tidak ada satu negeri kecuali Allah utus seorang Rasul untuk mengajak kaum itu beriman kepada Allah Azzawajallah
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (Yunus: 47). 

Tujuan diutusnya nabipun hanya satu, untuk mentauhidkan Allah. Walaupun negeri domisili para Nabi itu beda-beda. Berbeda profesi. Nabi Nuh as bisa membuat kapal, Nabi Idris as tukang jahit, Nabi Daud as ahli mengolah besi menjadi baju besi, dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa beliau pengrajin keranjang kemudian menjualnya walaupun beliau sudah menjadi raja kala itu, Nabi Isa as ahli pengobatan, Nabi Muhammad saw seorang pedagang ulung dll,  tapi satu saja seruannya para Nabi dan Rasul itu, lii i'lai kalimatillah, demi tegaknya agama Allah. 


“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25).


Silsilah kenabian mulai zaman Nabi Adam as, Nuh as dan seterusnya. Setiap ada kaum yang sudah mulai melampaui batas, diutus lagi seorang Nabi. Begitu seterusnya, hingga  diutusnya Baginda Rasulullah saw. Sebagai penutup risalah Nabi dan Rasul. Sebagai kekasih teragung Allah di permukaan bumi.


 “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab (33): 40). 
Baginda Nabi mengetahui bahwa hidup beliau tidaklah lama, tidak abadi di dunia bersama ummatnya. Beliau adalah penutup risalah suci. Sedangkan ajaran suci ini harus sampai ke semua telinga, menembus setiap relung hati. Menyinari yang suram. Menghibur yang duka. Mengobati yang luka. Membelai setiap linangan air mata. 

Tugas ini terasa berat jika sendiri. Beliau sangat pemaaf, sangat penyayang lagi penuh kasih. Ingin dikorbankan jiwa ini demi keselamatan dan kesentosaan abadi, kemuliaan tanpa kehinaan, dipuji tanpa merendahkan, memberi rahmat bukan untuk dirinya, keluarganya, kaumnya. Tapi, keseluruh alam, bahkan hewan dan tumbuhanpun mendapatkan manfaat dari curahan kasihnya. Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala aali Sayyidina Muhammad. 


 لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٌ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS Attaubah: 128)

Sebelum Baginda Rasulullah saw akan meninggalkan ummat ini. Beliau saw telah membuat persiapan yang matang untuk menyiapkan ummat islam sebagai pelanjut dari silsilah kenabian. 


Pendelegasian tugas Nubuwwah sudah mulai beliau beri. Ketika beliau mengutus seorang pemuda cerdas keturunan bangsawan. Pemuda yang tajir. Orang tua pemuda itu seorang gubernur kala itu. Dialah Mus'ab bin Umair ra, seorang pemuda cerdas, ganteng, perlente yang Beliau saw utus untuk berdakwah di Madinah, kala itu bernama Yatsrib. Rombongan dakwah, ta'lim dan jihad biasa beliau yang bawa, terkadang beliau delegasikan kepada yang lain. Beliau sadar ini ummat pelanjut risalah nubuwwah ila yaumil qiyamah, sampai hari kiamat. 


Walaupun kita bukan Nabi dan Rasul sebagaimana penegasan QS: Al-Ahzab: 40 diatas. Allahpun menyeru kita supaya menjadi seperti hawariyyin-nya Nabi Isa as. Untuk menjadi penolong-penolong agama Allah. 
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونوا أَنصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ فَآَمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ


“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada hawariyyin,  pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Para Hawariyyin itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (As Shaff: 14) .

Ada beberapa menu yang kami sediakan, semoga dengan mencicipi menu rohani tersebut kita menjadi orang yang paling berbahagia dengan tugas mulia ini. Hemmmm, semoga!

1. Tugas kita selain ibadah adalah dakwah. 

Kita adalah da'i. Sadar atau tidak, kitalah pelanjut risalah suci ini. Entah kita sadar atau tidak, suka atau tidak. Memang, kita da'i. Di pundak kita telah melekat satu amanah besar, lii i'lai  kalimatillah, menegakkan kalimat-kalimat Allah, menegakkan agama Allah. 


Seorang tokoh kenamaan dalam pergerakan jamaah dakwah yang bergerak seantero jagad, yang dikenal dengan jamaah tabligh. Jamaah yang bergerak dengan insentif dari kantong masing-masing. Dengan pengorbanan yang tidak terkira. Tokoh itu bernama Syaikh Lutfi Yusuf dab, gelar pendidikan beliau Mufti yang setelah beliau menyelesaikan gelar doktor dibidang hadist kemudian beliau permantap dengan menyelesaikan pendidikan untuk menjadi mufti, ahli fatwa.


Beliau sampaikan dalam salah satu bayan, ceramah bahwa, "Bedanya kita dengan kaum hawariyyin adalah kita langsung berdakwah dengan segenap kemampuan kita walaupun terbatas apa adanya. Lihatlah bagaimana para sahabat r.hum berangkat dakwah di China tanpa perlu paham dulu bahasa China. Mengislamkan bangsa Romawi tanpa perlu paham lebih dulu bahasa Rum. Bahkan seorang Panglima Perang terkenal Khalid bin Walid ra dalam sebagian riwayat menyebutkan beliau saat itu baru masuk Islam tiba-tiba sibuk dalam medan dakwah dan jihad. Kalau kita mau kerjakan dakwah ini dengan mengandai-andai, "Nanti saya Hafidz Al-Qur'an, kemudian saya 'alim dalam masalah hukum agama plus saya menguasai sekian bahasa, baru saya mau dakwah!". Kalau begini prinsipnya ummat Rasulullah saw ini, maka apa bedanya dengan kaum hawariyyin...? Kita mesti dakwah. Belajar jalan terus, dakwah jangan ditinggal. Ketika ada yang tanya mengenai perkara hukum agama yang tidak kita pahami. Jangan kita jawab, tapi dekatkan orang yang bertanya itu kepada alim-ulama."


Memang, berdakwah itu simple. Tidak harus alim dulu baru ngajak orang. Makanya, cara ngajak -dakwah artinya ngajak. Bukan ngajar- jangan seperti cara ngajar. Pernahkah kita mengajak orang makan...? Ketika orang yang kita ajak tidak mau apa yang kita buat...? Yah, rayu. Kita akan rayu dia supaya mau temani kita makan. Hemmmm, terus kalau orang yang kita ajak tadi tidak mau juga apa yang kita lakukan...? Apa...? Pasti kita akan introspeksi diri mungkin makanannya kurang enak atau kita akan berprasangka baik bahwa dia sudah kenyang. Terus...? Yah, pasti langsung kita makan. Seperti itulah dakwah. Kita cuman ngajak sholat bukan ngajar sholat. Jika yang diajak nggak mau kita introspeksi diri, mungkin kita yang kurang doakan dia sehingga Allah belum bagi hidayah atau kita berprasangka baik bahwa mungkin dia sudah sholat. Hemmmm, simpelkan dakwah...? Ayo dakwah!


2. Pahami kemuliaan dakwah

Dulu, banyak orang bangga menjadi tim-ses, tim sukses pasangan calon gubernur atau tim-ses Presiden. Dengan bangganya mengkampanyekan ini dan itu. Seolah-olah harus dia yang pimpin, baru negeri bisa baik. Ada juga yang mengatakan harus dilanjutkan presiden ini kalau infrastruktur mau kelar dibangun. Masing-masing bangga dengan apa yang ia jagokan. Lantas apa yang diharapkan dengan itu...? Jelas yang dia inginkan adalah kedekatan dengan orang yang dijagokan itu -ini terlepas dari isu panas politik sekarang ini- jika kita sudah dekat ada rasa kebanggaan. Terus apalagi yang diharapkan, biasanya kedudukan. Jika orang yang kita jagokan terpilih. Umpamanya, dia menjabat gubernur. Pasti sang gubernur akan melirik pertama kali kepada siapa pendukung-pendukung utamanya. Hemmmm, selanjutnya kedudukan, popularitas, berbagai kemudahan akan didapat. Ini, baru seorang makhluk yang kita promosikan, yang kita besar-besarkan. Ketika si kecil menjadi besar. Kitapun akan ikut menjadi besar.


Wahai saudaraku, ketahuilah kemuliaan dakwah melebihi semua kemuliaan yang disebutkan di atas. Perlu dipahami bahwa, yang kita promosikan ini bukan "orang kecil" tapi yang kita promosikan ini adalah Allah. Dialah yang menciptakan jagad raya untuk kita. Langit-bumi milik Dia. Yang kita promosikan adalah jalan kebahagiaan dan ketentraman, bukan tunggu terpilih atau terpilih lagi baru kita bisa menikmati janji kampanyenya. Bukan. Menit ini. Detik ini. 


مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An- Nahl: 97). Kita menjadi pelopor kebaikan. 

Kenapa kita malu berdakwah, malu ngajak orang ke jalan yang benar, karena kita merasa bahwa ajakan kita akan dicuekin. Sekarang gini, kalau ada orang yang ngasih duit 100 Miliar supaya uang itu kita bagi-bagi ke semua orang. Kemana kita pergi untuk bagi uang itu, selalu ada kamera tersembunyi yang ngintip kita. Sedangkan, kita akan diberikan gaji 1 triliun jika berhasil dalam waktu cepat. Hemmmm, apa yang terpikirkan...? 


Kita akan berlari sekencang mungkin. Tanpa berfikir panjang, ketok setiap rumah, jumpa setiap orang menjelaskan seperlunya, senyum yang merekah, kepuasan batin karena berbagi. Beri tanpa berfikir. Semua orang di berikan. Hati berbunga-bunga. Tidak terkira perasaan, jika tugas yang diemban telah selesai. Hemmmm, Subhanallah. 1 trilyun untuk sendiri. Wow, amazing! 


Hemmmm, seperti itulah dakwah. Kita akan bahagia menjalaninya. Sesuatu yang kita bagi itu, bukan 1 Miliar, bukan 1 trilyun tapi jika orang yang kita ajak menerima. Umpamanya, dia sholat. Bukan sholat fardhu tapi sholat sunnahnya saja nilainya disisi Allah bukan seharga 100 Miliar yang bisa diperebutkan oleh para koruptor. Tapi nilainya disisi Allah syurga yang lebih baik daripada dunia dan seluruh isi-isinya. Tidak banggakah engkau jika kamu yang menjadi perantara untuk membagikan hadiah itu kepada semua orang. Yah, itulah dakwah. Dakwah yang kamu anggap selama ini beban. 


Itulah kemuliaan kamu. Seakan-akan kamu menjadi "wakil Tuhan" untuk menangkap orang ke jalan syurga-Nya. "Hemmmm, terus kalau sudah selesai tugas apa bagian saya...?" Tenang kamu akan mendapatkan apa yang mereka semua amalkan tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, itu baru bonus kamu. Bukan pahala pokok. Disebutkan dalam satu riwayat, "satu kata dalam dakwah lebih baik daripada pahala ibadah sunnah setahun penuh." Bayangkan jika pahala sholat sunnah semenit saja bisa berpahala syurga yang lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya. Bagaimana jika ibadah setahun...? Wow! Allahu Akbar! 


Sekarang saya mau ajak kamu ucapkan kalimat tasbih, "Subhanallah!". Ayo ucap...! Kurang keras. Apa? "Subhanallah...!" Jika yang baca tulisan ini ada 1000 orang maka setiap orang tadi mendapatkan pahala satu Subhanallah, sedangkan saya yang menjadi pelopor diucapkannya kalimat "Subhanallah." Saya akan mendapatkan pahala 1000 dari pahala kalian, tanpa berkurang pahala kalian. Itu sebagai bonus buat saya. Ditambah pahala pokok saya satu Subhanallah dan sekali ajakan kepada Allah dengan pahala setahun ibadah sunnah.  Tahukah kamu, Bahwa pahala sekali ucapan Subhanallah dalam satu riwayat disebutkan, "Akan ditanamkan satu pohon di syurga". 


Gambaran tentang pohon di syurga adalah dalam riwayat Muslim disebutkan "kita kelilingi dengan kuda tercepat selama 100 tahun, belum sampai ke tempat start tadi." Tarulah, seekor kuda tercepat sekarang ini bisa menempuh jarak 70 km/ jam. Karena menurut Guinnes World Record Bahwa, kuda tercepat berlari bisa mencapai 70, 76 km/ jam. Sekarang coba hitung, 70 (km/ jam) X 24 (jam) X 360 (hari) X 100 (tahun). Hemmmm, setelah dihitung ditemukan angka 60 juta, 480 ribu kilometer. Subhanallah, itupun kata Nabi saw., belum bisa mengelilingi seluruhnya. Ini pahala bacaan sekali ucapan Subhanallah yang Allah berikan kepada satu orang. Allahu Akbar! Pahala satu Subhanallah lebih besar dari luas benua Asia ditambah dengan benua Amerika. Benua Asia luasnya 44, 58 juta km, sedangkan luas benua Amerika adalah 10, 18 juta km. Luas keduanya baru mencapai 54, 76 juta km2. Sedangkan pahala satu ucapan Subhanallah mendapatkan sepohon gede yang langsung berbuah dengan 70 rasa, bukan cuman manis, asam, asin. Pohon dengan buah yang tidak pernah putus-putusnya seluas naungan 60, 47 juta kilometer persegi. Wow, Subhanallah. Allahu Akbar! 

Kebahagiaan terbesar lagi, bahwa orang bisa ucapkan satu Subhanallah itu adalah dengan perantaraan kamu. Betapa bahagianya hatimu memberikan pohon seluas itu kepada semua orang. Gratis! Itu baru Subhanallah, bagaimana kalau pahala sholat fardhu, puasa Ramadhan yang wajib, Haji dan umroh, apalagi ia mau dakwah ngajak orang lain lagi untuk dakwah. Maka akan terjadi silsilah bonus pahala dari hulu ke hilir, tanpa mengurangi pahala mereka. ALLAHU AKBAR! Hanya Allah sendiri yang tau kandungan pahalanya. Lahaula walaa quwwata illa billah. Hemmmm. Subhanallah.  Simpelkan sayang...? Yuk Dakwah! 
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
Bersambung.....

3 Jamu Untuk Para Da'i (Seri kedua)



By
Mujiburrahman Al-Markazy

Sebenarnya, muzakaroh atau diskursus kita kali ini adalah masih sehubungan dengan materi sebelumnya yang telah kami posting pada akhir Juni kemarin. Kami telah memberikan judul "5 Menu Untuk Para Da'i Ketika Terpuruk". Kemudian di rubah menjadi "2 Menu untuk kebahagiaan Da'i".
Kenapa kami harus memecah tulisan ini jadi 2 bagian...? Hemmmm, jawaban sederhananya karena tidak tega. Iya, tidak tega. 

Dalam pembahasan "2 Menu Untuk kebahagiaan da'i"., dengan plus-minusnya sedikit banyak telah membuat para da'i begitu berbunga-bunga dan on fire untuk menjalankan dakwah. Ditambah dengan "3 Jamu Pahit untuk Para Da'i", yang sedikit banyak akan sedikit menyentil apa dan bagaimana tanggung jawab dakwah ini bisa lestari. 


Itulah, sedikit alasan kami sengaja memecah menjadi 2 kali tampilan.  Hemmmm, sangat tidak nyaman kalau sudah di suap dengan yang manis kemudian ditutup dengan 3 Jamu Pahit. Ah, kurang menyenangkan. Mudah-mudahan, kita bisa membahasnya secara proporsional, insya Allah.  Alasan lain kenapa dibagi menjadi 2 kali pembahasan adalah untuk mencegah kejenuhan dari para pembaca sekalian yang budiman. Hemmmm, semoga tidak jenuh. 

Selain 2 poin di atas, ada 1 poin tambahan yang perlu saya sampaikan disini adalah 3 poin nanti yang akan saya sampaikan pada pembahasan ini. Maksudnya, "3 Jamu Pahit untuk Para Da'i," adalah menu khusus yang kami sajikan kepada para pekerja dakwah dan tabligh. Nanti, kami akan gunakan istilah orang lama. Kalimat itu, merujuk kepada mereka. Artinya, ini sebenarnya materi khusus tapi berkaitan erat dengan pembahasan sebelumnya, "2 Menu Untuk Kebahagiaan Da'i ketika terpuruk". Kami bagi, agar tidak terlalu memusingkan kepala bagi yang baru. Hemmmm, maaf yah. 

Para pembaca sekalian, ketika pertemuan di Pakistan tahun 2009. Pada kesempatan itu, telah hadir ribuan audiens dari berbagai penjuru dunia. Tidak kurang, telah hadir sekitar 150 negara di dunia. Setiap negara ada yang menghadiri sebanyak 10-an orang, 100-an orang, bahkan ada juga hanya mewakili 1 orang untuk negara asalnya. 

Ini adalah pertemuan tahunan, terkhusus orang lama dalam dakwah. Dakwah yang kami maksud disini adalah dakwah wa tabligh yang telah merambah ke seluruh jagad raya. 

Pergerakan dakwah ini, bahkan telah sampai ke kutub utara yang didiami oleh suku Eskimo. Suku yang tidak pernah merasakan hawa panas. Bagi mereka hawa panas matahari hanyalah sebuah ilusi dan isapan jempol semata.


Yah, inilah pergerakan dakwah yang masif. Tidak pernah terikat dengan harga Dollar. Tidak terikat dengan embargo ekonomi dan juga tidak terikat dengan siapa pemimpin negaranya. Tidak peduli, sang Presiden suka atau tidak. Membenci atau tidak. Diboikot, diintimidasi, dihina, dicaci maki, tetap mereka hadapi dengan senyuman. Dakwah tetap berlanjut, bahkan di daerah komunis atau negara atheis seperti China, Korea, Jepangpun dakwah tetap eksis dan bercokol di sana. Walaupun, tidak semudah pergerakan dakwah di wilayah mayoritas muslim. 

Semua ujian dan hambatan itu dianggap seperti bumbu penyedap dalam masakan. Hemmmm, memang seperti itulah para Nabi dalam berdakwah. Tidak terkesan dengan kondisi pro-kontra dalam menjalankan misi suci itu. Mereka ini sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Allah swt di dalam QS: Attaubah: 18

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ


"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ada 5 komponen kelebihan pada para lelaki yang biasa memakmurkan rumah-rumah Allah dipermukaan bumi yang dikupas pada ayat tersebut. Yang pertama, karena beriman kepada Allah. Kedua, juga dilandasi keimanan akan adanya hari berbangkit, akhirat. Ketiga, orang yang mendirikan shalat. Keempat, mereka juga menunaikan zakat dan kelima adalah mereka bukan tipe orang cengeng dan Cengengesan. Tapi, mereka orang yang tampil di depan dalam membela agama Allah. Tidak pernah takut kepada celaan kaum pencela. Inilah, ciri-ciri pemuda masjid itu. 

Pada pertemuan yang dihadiri ribuan peserta itu. Tampilah seorang tokoh tua dalam kerja dakwah nubuwwah ini. Nama beliau Haji Ahmad Anshori Bhawalphur Dab., Dalam tausiah, muzakaroh, nasehat indah beliau adalah, "Kalian tahu, Allah jadikan kalian orang lama dalam kerja Nubuwwah ini, karena perubahan-perubahan dunia baik atau buruk itu tergantung kamu. Kehidupan kamu adalah cermin bagi masyarakat. Keadaan politik, keadaan iklim, cuaca, hujan dan panas Allah yang rubah sesuai dengan keadaan amalan-amalan kamu." Allahu Akbar!.

Betapa pentingnya orang lama disisi Allah swt. Para awalun alias orang lama ini adalah orang yang berada di shaf awal kerja dakwah ini. Jika shaf awal itu lurus. Maka, shaf kedua, ketiga dan seterusnya semua akan lurus. Tapi, sebaliknya jika shaf pada generasi awal saja hancur-hancuran. Maka, jangan ditanya bagaimana nasib shaf kedua, ketiga, seterusnya ke shaf akhir pasti makin ke belakang makin hancur susunan shafnya. 

Ketika satu jamaah dari Pakistan sedang bergerak di wilayah Afrika. Mereka telah melalui wilayah yang sulit. Sebentar lagi mereka akan memasuki wilayah hutan yang "ditakuti" oleh sebagian orang. Hutan yang konon, banyak hewan buas, manusia kanibal, lumpur hidup yang menyedot orang yang lewat di atasnya. Hemmmm, sejuta informasi yang menceritakan tentang angkernya Amazon. Sebelum memasuki hutan tersebut, para jamaah akan transit di sebuah desa. Mungkin, dari desa itu mereka bisa menyiapkan segala sesuatunya yang mereka butuhkan sebelum memasuki hutan. 


Begitu sibuknya jamaah. Sehingga, untuk mencuci pakaian mereka saja tidak sempat. Maklum, daerah yang mereka lewati bukan masjid elit yang indah seperti di perkotaan yang telah hidup suasana agamanya. 


Kalau di kota yang antusiasme masyarakat terhadap agama mulai tumbuh. Subhanallah, apa-apa serba tombol. Mau masak, khidmat, ada dapur yang disiapkan terpisah. Ada rice cooker tinggal colok. Mau mandi atau wudhu, tinggal putar keran air. 


Semua serba mudah, tapi ketika di wilayah yang miskin masyarakatnya. Kalau di rumah warga ada toilet di dalam rumahnya, itu sudah dihitung elit dan mapan. Semua serba alam. Buang hajat langsung meluncur ke hutan yang kita tidak tau pada waktu malam yang gelap bahwa di belakang kita ada ular atau apa. Serba tidak pasti. Belum lagi mau istinja, jauh dari mata air. Kalaupun, kita buang hajat di daerah sungai, sangat rentan terhadap serangan buaya sewaktu-waktu. Hem, itulah sedikit gambaran tentang keadaan alam masyarakat miskin Afrika. Jadi, wajar kalau ada wilayah yang mereka sedikit kesulitan untuk hanya sekedar mencuci pakaian. 

Hari itu, mereka bergegas pindah ke perkampungan paling ujung sebelum terobos ke dalam amazon. Didalam pikiran telah mengharu-biru memikirkan pakaian yang serba kotor. 

Ketika mereka akan memasuki kampung yang di tuju terlihatlah sekumpulan anak desa yang menyambut berlarian saling kejar satu sama lain. Diantara riuhnya anak-anak itu. Terdengar yel yel. "Oh tukang cuci lewat... oh tukang cuci lewat". 

Amir atau ketua rombongan berfikir keras, "Kenapa anak-anak ini meneriaki mereka dengan panggilan tukang cuci". Setelah mereka tiba di kampung yang dituju. Amirnya bertanya, "Mungkin diantara kita ada yang berfikir untuk mencuci pakaian di sini...?" Kebanyakan dari anggota jamaah mengaku kalau memang mereka sudah sudah ada dalam benak masing-masing untuk mencuci setelah tiba di masjid atau kampung yang dituju.

Amirnya berucap, "Astagfirullah al-Adzim. Seharusnya yang kita fikir adalah bagaimana orang di kampung yang dituju itu mendapatkan hidayah dari Allah. Bukan mengedepankan kepentingan pribadi. Allah...! Semoga Allah maafkan kita semua." Semua jamaah tertunduk kepalanya, sembari beristigfar kepada Allah atas kekeliruan yang mereka perbuat. Hem, demikianlah efek dan pengaruh dari fikir seorang da'i. Menembus batas, sampai ke relung hati yang paling dalam. 

Coba kita perhatikan, bagaimana fikirnya seorang Rasulullah saw., dulu beliau biasa menyendiri di gua hira di atas Jabal Nur atau Bukit Cahaya. Beliau sedih menengok ke arah Makkah pada malam hari sibuk dengan judi, miras, zina, penyembahan kepada berhala, bahkan disiang haripun seperti itu. 

Disebabkan fikir, risau dan kesedihannya itulah turunlah wahyu Ilahi. Mulailah usaha untuk membawa orang ke jalan yang diliputi cahaya syurgawi. Itulah efek fikir, dunia bisa berubah dengan sebab fikirnya orang-orang lama.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kita terpacu untuk tetap bertahan, maju terus untuk melaksanakan dakwah selain 2 menu yang telah kami sajikan akhir Juni lalu. Kami merangkumnya dalam "3 jamu pahit untuk sang da'i". 

1. Memahami Kerugian dakwah jika ditinggalkan



Dewasa ini, orang begitu paham. Kerugian apa yang didapat ketika para petani tidak lagi turun ke sawah. Para nelayan tidak lagi ke laut. Para pegawai tidak lagi ke kantor. Para buruh tidak lagi bekerja. Para siswa tidak lagi ke sekolah. Semua pasti tau bahwa yang terjadi adalah ketidak stabilan dalam segala segi. 

Produksi macet, harga ikan meroket, birokrasi macet, kebodohan merajalela. Hem, padahal ini baru usaha zahir saja, begitu berdampak buruk. Apalagi, kalau yang terhenti adalah "Perusahaan Hidayah". Pasti lebih banyak keburukan akan muncul dimana-mana. Walaupun kantor aktif, tanpa hidayah korupsi merajalela, pembunuhan, kriminalitas, kebodohan merajalela. Para nelayan, petani, buruh, pedagang menetapkan harga sesuka hatinya tanpa perikemanusiaan. Hem, lebih parahnya bukan hanya ketimpangan duniawi tapi lebih terancam adalah ketimpangan dan musibah di akhirat. Allah...! Lebih membinasakan.

Maraknya, keburukan demi keburukan terjadi di abad ini, penyebabnya adalah para da'i sudah tidak lagi berdakwah. Ada sebuah ungkapan orang-orang lama yang mesti kita cermati, "Lebih baik suatu negeri yang banyak ahli maksiatnya tapi ada satu dua da'i yang eksis setiap hari gencar melakukan dakwah. Semua orang didatangi, buat dakwah. Setiap hari diajak, dibujuk, dirayu supaya kembali ke jalan yang benar, ke jalan hidayah." Daripada "Suatu negeri yang banyak ahli taat dan sholeh tapi sisi sensitivitas dan peduli kepada pudarnya agama, dan amal agama telah sirna. Tidak lama lagi, akan lahir di negeri tersebut generasi yang ahli maksiat, pertumpahan darah, kerusakan di mana-mana. Bahkan, mereka akan bangga kepada dirinya yang berketurunan dari orang sholeh". 

Subhanallah, lihatlah bagaimana dulu Jazirah Arab yang begitu terkenal dengan kerusakan masa jahiliyahnya tapi ada da'i, ada kanjeng Nabi saw dibantu oleh satu dua sahabatnya. Allahu Akbar! Dunia langsung berubah. 

Sekarang, coba tengok orang-orang Bani Israel yang notabene adalah keturunan para Nabi tapi tidak lagi dakwah, masing-masing mengurus individu saja tanpa ada rasa kepedulian terhadap sesama, hilangnya kepedulian kepada pudarnya agama dan amal agama. Hem, sekarang telah berganti dengan generasi yang culas, tidak berperikemanusiaan, Biadab, bar-bar tanpa belas kasih membunuh jiwa yang tidak berdosa. Mereka melakukan penzaliman itu dengan penuh kebanggaan bahwa mereka manusia terbaik, keturunan para Nabi." Hem, miris. Itulah efek ketika usaha hidayah ditinggalkan.


4. Membuat dan mencari suasana

Dalam mazhab atau pendekatan dakwah ada 2 cara yang biasa dilaksanakan. Pertama adalah mazhab dakwah para Nabi, lebih aktif dalam mendatangi dan membentuk suasana ketaatan.


وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (QS Yunus: 47). Ini adalah mazhab dakwah para Nabi dan Rasul. 
Kedua adalah mazhab dakwah ashabul kahfi. Mungkin anda pernah mendengar mengenai kisah tentang ashabul kahfi. Mereka rela meninggalkan kesenangannya demi menjaga iman mereka. Mereka mengasingkan diri di dalam gua yang dalam, sampai datang pertolongan dari Allah kepada mereka. Mungkin, metode ini nanti yang akan dipakai ketika kemunculan Almasih Ad Dajjal. Semua orang akan berlari, bersembunyi demi menjaga keimanan yang bercokol di dalam dada. 
Sebelum masa itu tiba. Marilah kita membuat suasana ketaatan yang masif, sehingga akan mempengaruhi masyarakat sekitar untuk ikutan menjadi taat. Langkahnya gimana...? Buatlah diri kita senyaman mungkin dalam ketaatan, sibukan diri kita dalam taat, sampai kita begitu menikmati setiap detik ketaatan kita, kemudian kita bawa kenalan kita, handaitaulan kita, keluarga kita dalam suasana ketaatan tersebut. 
5. Mahabbah dan introspeksi diri

Kunci agar dakwah yang kita buat diterima oleh masyarakat adalah rasa mahabbah, cinta, kasih dan sayang kepada umat. Nabi saw adalah Nabi yang begitu pengasih ayatnya telah kami sampaikan sebelumnya pada QS Attaubah: 128 edisi lalu. Tentang 2 Menu Untuk Kebahagiaan Da'i ketika terpuruk.


Dalam ayat yang lain Allah swt menjelaskan dengan redaksi yang berbeda. 
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159).
Padahal, sebagaimana kita ketahui bahwa akhlak Rasulullah saw adalah akhlak paling agung. Sempat kami singgung sedikit dalam pembahasan "Menjadi Kekasih Allah", pada pembahasan yang lalu. 



"Dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang agung/ Adzim." (QS Al-Qalam : 4). 

Baginda Rasulullah saw., yang sudah begitu sempurna, bahkan mendapatkan predikat Al-Azim yang maknanya adalah begitu agung dan luhur. Padahal gelar adzim adalah salah satu dari Nama dan Sifat Allah swt. Untuk manusia yang super agung akhlaknya itu masih diingatkan lagi oleh Allah swt., "Sekiranya kamu berlaku kasar dan bengis hati. Maka, orang-orang jahiliyah itu akan berlari pergi meninggalkan mu."

Yah, itulah keajaiban akhlak. Dengan akhlak yang luhur dan agung orang yang hati sebebal apapun, tetap suatu waktu akan luluh hatinya dan berubah menjadi cinta kepada kita. Menjadi cinta kepada agama Allah. Semua tahu tentang penentangnya Umar bin Khattab ra., sebelum memeluk Islam dan bagaimana kehebatannya dalam mencintai dan menegakan agama Allah setelah hidayah menyapa hidupnya.


Sebelum kita tutup muzakaroh dan diskusi kita ada satu poin yang ingin kami sampaikan, yakni tawadhu. Berapa banyak orang yang telah melalui jalan dakwah ini, tanpa ia mengontrol dirinya dengan kontrol yang ketat maka dia telah berbangga diri. Hem, merasa paling keren karena telah dakwah. Memang, mensyukuri nikmat sebagai da'i adalah satu sisi tapi bukan berarti kita terlena dengan anggapan, "saya da'i, saya hebat." 

Wahai saudaraku, ketika Baginda Rasulullah saw, berhasil menaklukan kota Makkah dengan damai tanpa perang. Padahal kita mengetahui bahwa bagaimana permusuhan kaum kafir Quraisy kepada Islam dan kaum Muslimin. Dengan prestasi yang gemilang itu, turunlah sebuah surat. 

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.

2. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.
3. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat. (QS an-Nasr/110 : 1-3)

Apa yang terjadi pada diri Nabi saw., ketika berbondong-bondong orang masuk ke dalam Islam. Nabi saw., mengendarai untanya dengan menundukkan kepala. Tidak mendongakan kepala. Beliau masuk dengan menangis. Sampai diriwayatkan, begitu rendahnya kepala Nabi saw., ditundukan sehingga lebih tinggi punuk unta Baginda Nabi saw daripada kepala beliau yang mulia. Subhanallah. 

Bukan hanya itu, Allah perintahkan diakhir surat An Nashr itu, Wastagfir, Mohon ampunlah dan bertaubat kepada-Nya. Kalau kita lihat, Rasulullah adalah manusia paling sempurna, tidak ada dosa, selalu dalam penjagaan Allah dari segala lupa dan kesalahan. Beliau yang paling mujahadah dan penuh pengorbanan untuk melaksanakan tugas suci dakwah ini. Tapi, ketika dakwahnya berhasil, bukan menari untuk merayakan, tidak, beliau menangis bertawadhu kepada Allah. Mengakui kelemahan diri, "Ya Allah, kalau bukan tanpa rahmat dan pertolongan Mu aku ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa."

===========
Bahan Bacaan:
Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Hikayat Para Sahabat. Bandung. Pustaka Ramadhan

Al-Kandahlawi, Yusuf. 2000. Perikehidupan Para Sahabat r.hum. Bandung. Pustaka Ramadhan

Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Himpunan Fadhilah Amal. Bandung. Pustaka Ramadhan.