Jumat, 13 Juli 2018

3 Jamu Untuk Para Da'i (Seri kedua)



By
Mujiburrahman Al-Markazy

Sebenarnya, muzakaroh atau diskursus kita kali ini adalah masih sehubungan dengan materi sebelumnya yang telah kami posting pada akhir Juni kemarin. Kami telah memberikan judul "5 Menu Untuk Para Da'i Ketika Terpuruk". Kemudian di rubah menjadi "2 Menu untuk kebahagiaan Da'i".
Kenapa kami harus memecah tulisan ini jadi 2 bagian...? Hemmmm, jawaban sederhananya karena tidak tega. Iya, tidak tega. 

Dalam pembahasan "2 Menu Untuk kebahagiaan da'i"., dengan plus-minusnya sedikit banyak telah membuat para da'i begitu berbunga-bunga dan on fire untuk menjalankan dakwah. Ditambah dengan "3 Jamu Pahit untuk Para Da'i", yang sedikit banyak akan sedikit menyentil apa dan bagaimana tanggung jawab dakwah ini bisa lestari. 


Itulah, sedikit alasan kami sengaja memecah menjadi 2 kali tampilan.  Hemmmm, sangat tidak nyaman kalau sudah di suap dengan yang manis kemudian ditutup dengan 3 Jamu Pahit. Ah, kurang menyenangkan. Mudah-mudahan, kita bisa membahasnya secara proporsional, insya Allah.  Alasan lain kenapa dibagi menjadi 2 kali pembahasan adalah untuk mencegah kejenuhan dari para pembaca sekalian yang budiman. Hemmmm, semoga tidak jenuh. 

Selain 2 poin di atas, ada 1 poin tambahan yang perlu saya sampaikan disini adalah 3 poin nanti yang akan saya sampaikan pada pembahasan ini. Maksudnya, "3 Jamu Pahit untuk Para Da'i," adalah menu khusus yang kami sajikan kepada para pekerja dakwah dan tabligh. Nanti, kami akan gunakan istilah orang lama. Kalimat itu, merujuk kepada mereka. Artinya, ini sebenarnya materi khusus tapi berkaitan erat dengan pembahasan sebelumnya, "2 Menu Untuk Kebahagiaan Da'i ketika terpuruk". Kami bagi, agar tidak terlalu memusingkan kepala bagi yang baru. Hemmmm, maaf yah. 

Para pembaca sekalian, ketika pertemuan di Pakistan tahun 2009. Pada kesempatan itu, telah hadir ribuan audiens dari berbagai penjuru dunia. Tidak kurang, telah hadir sekitar 150 negara di dunia. Setiap negara ada yang menghadiri sebanyak 10-an orang, 100-an orang, bahkan ada juga hanya mewakili 1 orang untuk negara asalnya. 

Ini adalah pertemuan tahunan, terkhusus orang lama dalam dakwah. Dakwah yang kami maksud disini adalah dakwah wa tabligh yang telah merambah ke seluruh jagad raya. 

Pergerakan dakwah ini, bahkan telah sampai ke kutub utara yang didiami oleh suku Eskimo. Suku yang tidak pernah merasakan hawa panas. Bagi mereka hawa panas matahari hanyalah sebuah ilusi dan isapan jempol semata.


Yah, inilah pergerakan dakwah yang masif. Tidak pernah terikat dengan harga Dollar. Tidak terikat dengan embargo ekonomi dan juga tidak terikat dengan siapa pemimpin negaranya. Tidak peduli, sang Presiden suka atau tidak. Membenci atau tidak. Diboikot, diintimidasi, dihina, dicaci maki, tetap mereka hadapi dengan senyuman. Dakwah tetap berlanjut, bahkan di daerah komunis atau negara atheis seperti China, Korea, Jepangpun dakwah tetap eksis dan bercokol di sana. Walaupun, tidak semudah pergerakan dakwah di wilayah mayoritas muslim. 

Semua ujian dan hambatan itu dianggap seperti bumbu penyedap dalam masakan. Hemmmm, memang seperti itulah para Nabi dalam berdakwah. Tidak terkesan dengan kondisi pro-kontra dalam menjalankan misi suci itu. Mereka ini sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Allah swt di dalam QS: Attaubah: 18

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ


"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ada 5 komponen kelebihan pada para lelaki yang biasa memakmurkan rumah-rumah Allah dipermukaan bumi yang dikupas pada ayat tersebut. Yang pertama, karena beriman kepada Allah. Kedua, juga dilandasi keimanan akan adanya hari berbangkit, akhirat. Ketiga, orang yang mendirikan shalat. Keempat, mereka juga menunaikan zakat dan kelima adalah mereka bukan tipe orang cengeng dan Cengengesan. Tapi, mereka orang yang tampil di depan dalam membela agama Allah. Tidak pernah takut kepada celaan kaum pencela. Inilah, ciri-ciri pemuda masjid itu. 

Pada pertemuan yang dihadiri ribuan peserta itu. Tampilah seorang tokoh tua dalam kerja dakwah nubuwwah ini. Nama beliau Haji Ahmad Anshori Bhawalphur Dab., Dalam tausiah, muzakaroh, nasehat indah beliau adalah, "Kalian tahu, Allah jadikan kalian orang lama dalam kerja Nubuwwah ini, karena perubahan-perubahan dunia baik atau buruk itu tergantung kamu. Kehidupan kamu adalah cermin bagi masyarakat. Keadaan politik, keadaan iklim, cuaca, hujan dan panas Allah yang rubah sesuai dengan keadaan amalan-amalan kamu." Allahu Akbar!.

Betapa pentingnya orang lama disisi Allah swt. Para awalun alias orang lama ini adalah orang yang berada di shaf awal kerja dakwah ini. Jika shaf awal itu lurus. Maka, shaf kedua, ketiga dan seterusnya semua akan lurus. Tapi, sebaliknya jika shaf pada generasi awal saja hancur-hancuran. Maka, jangan ditanya bagaimana nasib shaf kedua, ketiga, seterusnya ke shaf akhir pasti makin ke belakang makin hancur susunan shafnya. 

Ketika satu jamaah dari Pakistan sedang bergerak di wilayah Afrika. Mereka telah melalui wilayah yang sulit. Sebentar lagi mereka akan memasuki wilayah hutan yang "ditakuti" oleh sebagian orang. Hutan yang konon, banyak hewan buas, manusia kanibal, lumpur hidup yang menyedot orang yang lewat di atasnya. Hemmmm, sejuta informasi yang menceritakan tentang angkernya Amazon. Sebelum memasuki hutan tersebut, para jamaah akan transit di sebuah desa. Mungkin, dari desa itu mereka bisa menyiapkan segala sesuatunya yang mereka butuhkan sebelum memasuki hutan. 


Begitu sibuknya jamaah. Sehingga, untuk mencuci pakaian mereka saja tidak sempat. Maklum, daerah yang mereka lewati bukan masjid elit yang indah seperti di perkotaan yang telah hidup suasana agamanya. 


Kalau di kota yang antusiasme masyarakat terhadap agama mulai tumbuh. Subhanallah, apa-apa serba tombol. Mau masak, khidmat, ada dapur yang disiapkan terpisah. Ada rice cooker tinggal colok. Mau mandi atau wudhu, tinggal putar keran air. 


Semua serba mudah, tapi ketika di wilayah yang miskin masyarakatnya. Kalau di rumah warga ada toilet di dalam rumahnya, itu sudah dihitung elit dan mapan. Semua serba alam. Buang hajat langsung meluncur ke hutan yang kita tidak tau pada waktu malam yang gelap bahwa di belakang kita ada ular atau apa. Serba tidak pasti. Belum lagi mau istinja, jauh dari mata air. Kalaupun, kita buang hajat di daerah sungai, sangat rentan terhadap serangan buaya sewaktu-waktu. Hem, itulah sedikit gambaran tentang keadaan alam masyarakat miskin Afrika. Jadi, wajar kalau ada wilayah yang mereka sedikit kesulitan untuk hanya sekedar mencuci pakaian. 

Hari itu, mereka bergegas pindah ke perkampungan paling ujung sebelum terobos ke dalam amazon. Didalam pikiran telah mengharu-biru memikirkan pakaian yang serba kotor. 

Ketika mereka akan memasuki kampung yang di tuju terlihatlah sekumpulan anak desa yang menyambut berlarian saling kejar satu sama lain. Diantara riuhnya anak-anak itu. Terdengar yel yel. "Oh tukang cuci lewat... oh tukang cuci lewat". 

Amir atau ketua rombongan berfikir keras, "Kenapa anak-anak ini meneriaki mereka dengan panggilan tukang cuci". Setelah mereka tiba di kampung yang dituju. Amirnya bertanya, "Mungkin diantara kita ada yang berfikir untuk mencuci pakaian di sini...?" Kebanyakan dari anggota jamaah mengaku kalau memang mereka sudah sudah ada dalam benak masing-masing untuk mencuci setelah tiba di masjid atau kampung yang dituju.

Amirnya berucap, "Astagfirullah al-Adzim. Seharusnya yang kita fikir adalah bagaimana orang di kampung yang dituju itu mendapatkan hidayah dari Allah. Bukan mengedepankan kepentingan pribadi. Allah...! Semoga Allah maafkan kita semua." Semua jamaah tertunduk kepalanya, sembari beristigfar kepada Allah atas kekeliruan yang mereka perbuat. Hem, demikianlah efek dan pengaruh dari fikir seorang da'i. Menembus batas, sampai ke relung hati yang paling dalam. 

Coba kita perhatikan, bagaimana fikirnya seorang Rasulullah saw., dulu beliau biasa menyendiri di gua hira di atas Jabal Nur atau Bukit Cahaya. Beliau sedih menengok ke arah Makkah pada malam hari sibuk dengan judi, miras, zina, penyembahan kepada berhala, bahkan disiang haripun seperti itu. 

Disebabkan fikir, risau dan kesedihannya itulah turunlah wahyu Ilahi. Mulailah usaha untuk membawa orang ke jalan yang diliputi cahaya syurgawi. Itulah efek fikir, dunia bisa berubah dengan sebab fikirnya orang-orang lama.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kita terpacu untuk tetap bertahan, maju terus untuk melaksanakan dakwah selain 2 menu yang telah kami sajikan akhir Juni lalu. Kami merangkumnya dalam "3 jamu pahit untuk sang da'i". 

1. Memahami Kerugian dakwah jika ditinggalkan



Dewasa ini, orang begitu paham. Kerugian apa yang didapat ketika para petani tidak lagi turun ke sawah. Para nelayan tidak lagi ke laut. Para pegawai tidak lagi ke kantor. Para buruh tidak lagi bekerja. Para siswa tidak lagi ke sekolah. Semua pasti tau bahwa yang terjadi adalah ketidak stabilan dalam segala segi. 

Produksi macet, harga ikan meroket, birokrasi macet, kebodohan merajalela. Hem, padahal ini baru usaha zahir saja, begitu berdampak buruk. Apalagi, kalau yang terhenti adalah "Perusahaan Hidayah". Pasti lebih banyak keburukan akan muncul dimana-mana. Walaupun kantor aktif, tanpa hidayah korupsi merajalela, pembunuhan, kriminalitas, kebodohan merajalela. Para nelayan, petani, buruh, pedagang menetapkan harga sesuka hatinya tanpa perikemanusiaan. Hem, lebih parahnya bukan hanya ketimpangan duniawi tapi lebih terancam adalah ketimpangan dan musibah di akhirat. Allah...! Lebih membinasakan.

Maraknya, keburukan demi keburukan terjadi di abad ini, penyebabnya adalah para da'i sudah tidak lagi berdakwah. Ada sebuah ungkapan orang-orang lama yang mesti kita cermati, "Lebih baik suatu negeri yang banyak ahli maksiatnya tapi ada satu dua da'i yang eksis setiap hari gencar melakukan dakwah. Semua orang didatangi, buat dakwah. Setiap hari diajak, dibujuk, dirayu supaya kembali ke jalan yang benar, ke jalan hidayah." Daripada "Suatu negeri yang banyak ahli taat dan sholeh tapi sisi sensitivitas dan peduli kepada pudarnya agama, dan amal agama telah sirna. Tidak lama lagi, akan lahir di negeri tersebut generasi yang ahli maksiat, pertumpahan darah, kerusakan di mana-mana. Bahkan, mereka akan bangga kepada dirinya yang berketurunan dari orang sholeh". 

Subhanallah, lihatlah bagaimana dulu Jazirah Arab yang begitu terkenal dengan kerusakan masa jahiliyahnya tapi ada da'i, ada kanjeng Nabi saw dibantu oleh satu dua sahabatnya. Allahu Akbar! Dunia langsung berubah. 

Sekarang, coba tengok orang-orang Bani Israel yang notabene adalah keturunan para Nabi tapi tidak lagi dakwah, masing-masing mengurus individu saja tanpa ada rasa kepedulian terhadap sesama, hilangnya kepedulian kepada pudarnya agama dan amal agama. Hem, sekarang telah berganti dengan generasi yang culas, tidak berperikemanusiaan, Biadab, bar-bar tanpa belas kasih membunuh jiwa yang tidak berdosa. Mereka melakukan penzaliman itu dengan penuh kebanggaan bahwa mereka manusia terbaik, keturunan para Nabi." Hem, miris. Itulah efek ketika usaha hidayah ditinggalkan.


4. Membuat dan mencari suasana

Dalam mazhab atau pendekatan dakwah ada 2 cara yang biasa dilaksanakan. Pertama adalah mazhab dakwah para Nabi, lebih aktif dalam mendatangi dan membentuk suasana ketaatan.


وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (QS Yunus: 47). Ini adalah mazhab dakwah para Nabi dan Rasul. 
Kedua adalah mazhab dakwah ashabul kahfi. Mungkin anda pernah mendengar mengenai kisah tentang ashabul kahfi. Mereka rela meninggalkan kesenangannya demi menjaga iman mereka. Mereka mengasingkan diri di dalam gua yang dalam, sampai datang pertolongan dari Allah kepada mereka. Mungkin, metode ini nanti yang akan dipakai ketika kemunculan Almasih Ad Dajjal. Semua orang akan berlari, bersembunyi demi menjaga keimanan yang bercokol di dalam dada. 
Sebelum masa itu tiba. Marilah kita membuat suasana ketaatan yang masif, sehingga akan mempengaruhi masyarakat sekitar untuk ikutan menjadi taat. Langkahnya gimana...? Buatlah diri kita senyaman mungkin dalam ketaatan, sibukan diri kita dalam taat, sampai kita begitu menikmati setiap detik ketaatan kita, kemudian kita bawa kenalan kita, handaitaulan kita, keluarga kita dalam suasana ketaatan tersebut. 
5. Mahabbah dan introspeksi diri

Kunci agar dakwah yang kita buat diterima oleh masyarakat adalah rasa mahabbah, cinta, kasih dan sayang kepada umat. Nabi saw adalah Nabi yang begitu pengasih ayatnya telah kami sampaikan sebelumnya pada QS Attaubah: 128 edisi lalu. Tentang 2 Menu Untuk Kebahagiaan Da'i ketika terpuruk.


Dalam ayat yang lain Allah swt menjelaskan dengan redaksi yang berbeda. 
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159).
Padahal, sebagaimana kita ketahui bahwa akhlak Rasulullah saw adalah akhlak paling agung. Sempat kami singgung sedikit dalam pembahasan "Menjadi Kekasih Allah", pada pembahasan yang lalu. 



"Dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang agung/ Adzim." (QS Al-Qalam : 4). 

Baginda Rasulullah saw., yang sudah begitu sempurna, bahkan mendapatkan predikat Al-Azim yang maknanya adalah begitu agung dan luhur. Padahal gelar adzim adalah salah satu dari Nama dan Sifat Allah swt. Untuk manusia yang super agung akhlaknya itu masih diingatkan lagi oleh Allah swt., "Sekiranya kamu berlaku kasar dan bengis hati. Maka, orang-orang jahiliyah itu akan berlari pergi meninggalkan mu."

Yah, itulah keajaiban akhlak. Dengan akhlak yang luhur dan agung orang yang hati sebebal apapun, tetap suatu waktu akan luluh hatinya dan berubah menjadi cinta kepada kita. Menjadi cinta kepada agama Allah. Semua tahu tentang penentangnya Umar bin Khattab ra., sebelum memeluk Islam dan bagaimana kehebatannya dalam mencintai dan menegakan agama Allah setelah hidayah menyapa hidupnya.


Sebelum kita tutup muzakaroh dan diskusi kita ada satu poin yang ingin kami sampaikan, yakni tawadhu. Berapa banyak orang yang telah melalui jalan dakwah ini, tanpa ia mengontrol dirinya dengan kontrol yang ketat maka dia telah berbangga diri. Hem, merasa paling keren karena telah dakwah. Memang, mensyukuri nikmat sebagai da'i adalah satu sisi tapi bukan berarti kita terlena dengan anggapan, "saya da'i, saya hebat." 

Wahai saudaraku, ketika Baginda Rasulullah saw, berhasil menaklukan kota Makkah dengan damai tanpa perang. Padahal kita mengetahui bahwa bagaimana permusuhan kaum kafir Quraisy kepada Islam dan kaum Muslimin. Dengan prestasi yang gemilang itu, turunlah sebuah surat. 

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.

2. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.
3. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat. (QS an-Nasr/110 : 1-3)

Apa yang terjadi pada diri Nabi saw., ketika berbondong-bondong orang masuk ke dalam Islam. Nabi saw., mengendarai untanya dengan menundukkan kepala. Tidak mendongakan kepala. Beliau masuk dengan menangis. Sampai diriwayatkan, begitu rendahnya kepala Nabi saw., ditundukan sehingga lebih tinggi punuk unta Baginda Nabi saw daripada kepala beliau yang mulia. Subhanallah. 

Bukan hanya itu, Allah perintahkan diakhir surat An Nashr itu, Wastagfir, Mohon ampunlah dan bertaubat kepada-Nya. Kalau kita lihat, Rasulullah adalah manusia paling sempurna, tidak ada dosa, selalu dalam penjagaan Allah dari segala lupa dan kesalahan. Beliau yang paling mujahadah dan penuh pengorbanan untuk melaksanakan tugas suci dakwah ini. Tapi, ketika dakwahnya berhasil, bukan menari untuk merayakan, tidak, beliau menangis bertawadhu kepada Allah. Mengakui kelemahan diri, "Ya Allah, kalau bukan tanpa rahmat dan pertolongan Mu aku ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa."

===========
Bahan Bacaan:
Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Hikayat Para Sahabat. Bandung. Pustaka Ramadhan

Al-Kandahlawi, Yusuf. 2000. Perikehidupan Para Sahabat r.hum. Bandung. Pustaka Ramadhan

Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Himpunan Fadhilah Amal. Bandung. Pustaka Ramadhan. 

1 komentar:

  1. Casinos in Las Vegas, NV - Mapyro
    Find 광주 출장안마 Casinos and Slots near you from 26 nearby Casinos in Las Vegas, 순천 출장안마 NV. Casinos in 과천 출장마사지 Las Vegas are a 경상남도 출장마사지 great way 문경 출장마사지 to relax.

    BalasHapus