Jumat, 13 Juli 2018

2 Menu Untuk Kebahagiaan Da'i Ketika Terpuruk (Seri Pertama)


By
Mujiburrahman Al-Markazy


Dakwah adalah pekerjaan terbesar dan terberat. Ini bukan pekerjaan orang ecek-ecek. Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia super. Bukan superman, Batman, Spider man, atau super-super lainnya yang hanya fiktif belaka. Ini adalah pekerjaan para Nabi dan Rasul as. Tidak ada seorang Nabi dan Rasulpun kecuali ia akan berdakwah. Terlepas dari diskusi apakah cuman Rasul yang dakwah atau Nabi juga dakwah...? Yang jelas Dakwah adalah pekerjaan super besar yang Allah berikan kepada orang pilihan-Nya, kepada orang yang dicinta-Nya.

Tidak ada satu negeri kecuali Allah utus seorang Rasul untuk mengajak kaum itu beriman kepada Allah Azzawajallah
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (Yunus: 47). 

Tujuan diutusnya nabipun hanya satu, untuk mentauhidkan Allah. Walaupun negeri domisili para Nabi itu beda-beda. Berbeda profesi. Nabi Nuh as bisa membuat kapal, Nabi Idris as tukang jahit, Nabi Daud as ahli mengolah besi menjadi baju besi, dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa beliau pengrajin keranjang kemudian menjualnya walaupun beliau sudah menjadi raja kala itu, Nabi Isa as ahli pengobatan, Nabi Muhammad saw seorang pedagang ulung dll,  tapi satu saja seruannya para Nabi dan Rasul itu, lii i'lai kalimatillah, demi tegaknya agama Allah. 


“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25).


Silsilah kenabian mulai zaman Nabi Adam as, Nuh as dan seterusnya. Setiap ada kaum yang sudah mulai melampaui batas, diutus lagi seorang Nabi. Begitu seterusnya, hingga  diutusnya Baginda Rasulullah saw. Sebagai penutup risalah Nabi dan Rasul. Sebagai kekasih teragung Allah di permukaan bumi.


 “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab (33): 40). 
Baginda Nabi mengetahui bahwa hidup beliau tidaklah lama, tidak abadi di dunia bersama ummatnya. Beliau adalah penutup risalah suci. Sedangkan ajaran suci ini harus sampai ke semua telinga, menembus setiap relung hati. Menyinari yang suram. Menghibur yang duka. Mengobati yang luka. Membelai setiap linangan air mata. 

Tugas ini terasa berat jika sendiri. Beliau sangat pemaaf, sangat penyayang lagi penuh kasih. Ingin dikorbankan jiwa ini demi keselamatan dan kesentosaan abadi, kemuliaan tanpa kehinaan, dipuji tanpa merendahkan, memberi rahmat bukan untuk dirinya, keluarganya, kaumnya. Tapi, keseluruh alam, bahkan hewan dan tumbuhanpun mendapatkan manfaat dari curahan kasihnya. Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala aali Sayyidina Muhammad. 


 لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٌ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS Attaubah: 128)

Sebelum Baginda Rasulullah saw akan meninggalkan ummat ini. Beliau saw telah membuat persiapan yang matang untuk menyiapkan ummat islam sebagai pelanjut dari silsilah kenabian. 


Pendelegasian tugas Nubuwwah sudah mulai beliau beri. Ketika beliau mengutus seorang pemuda cerdas keturunan bangsawan. Pemuda yang tajir. Orang tua pemuda itu seorang gubernur kala itu. Dialah Mus'ab bin Umair ra, seorang pemuda cerdas, ganteng, perlente yang Beliau saw utus untuk berdakwah di Madinah, kala itu bernama Yatsrib. Rombongan dakwah, ta'lim dan jihad biasa beliau yang bawa, terkadang beliau delegasikan kepada yang lain. Beliau sadar ini ummat pelanjut risalah nubuwwah ila yaumil qiyamah, sampai hari kiamat. 


Walaupun kita bukan Nabi dan Rasul sebagaimana penegasan QS: Al-Ahzab: 40 diatas. Allahpun menyeru kita supaya menjadi seperti hawariyyin-nya Nabi Isa as. Untuk menjadi penolong-penolong agama Allah. 
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونوا أَنصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ فَآَمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ


“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada hawariyyin,  pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Para Hawariyyin itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (As Shaff: 14) .

Ada beberapa menu yang kami sediakan, semoga dengan mencicipi menu rohani tersebut kita menjadi orang yang paling berbahagia dengan tugas mulia ini. Hemmmm, semoga!

1. Tugas kita selain ibadah adalah dakwah. 

Kita adalah da'i. Sadar atau tidak, kitalah pelanjut risalah suci ini. Entah kita sadar atau tidak, suka atau tidak. Memang, kita da'i. Di pundak kita telah melekat satu amanah besar, lii i'lai  kalimatillah, menegakkan kalimat-kalimat Allah, menegakkan agama Allah. 


Seorang tokoh kenamaan dalam pergerakan jamaah dakwah yang bergerak seantero jagad, yang dikenal dengan jamaah tabligh. Jamaah yang bergerak dengan insentif dari kantong masing-masing. Dengan pengorbanan yang tidak terkira. Tokoh itu bernama Syaikh Lutfi Yusuf dab, gelar pendidikan beliau Mufti yang setelah beliau menyelesaikan gelar doktor dibidang hadist kemudian beliau permantap dengan menyelesaikan pendidikan untuk menjadi mufti, ahli fatwa.


Beliau sampaikan dalam salah satu bayan, ceramah bahwa, "Bedanya kita dengan kaum hawariyyin adalah kita langsung berdakwah dengan segenap kemampuan kita walaupun terbatas apa adanya. Lihatlah bagaimana para sahabat r.hum berangkat dakwah di China tanpa perlu paham dulu bahasa China. Mengislamkan bangsa Romawi tanpa perlu paham lebih dulu bahasa Rum. Bahkan seorang Panglima Perang terkenal Khalid bin Walid ra dalam sebagian riwayat menyebutkan beliau saat itu baru masuk Islam tiba-tiba sibuk dalam medan dakwah dan jihad. Kalau kita mau kerjakan dakwah ini dengan mengandai-andai, "Nanti saya Hafidz Al-Qur'an, kemudian saya 'alim dalam masalah hukum agama plus saya menguasai sekian bahasa, baru saya mau dakwah!". Kalau begini prinsipnya ummat Rasulullah saw ini, maka apa bedanya dengan kaum hawariyyin...? Kita mesti dakwah. Belajar jalan terus, dakwah jangan ditinggal. Ketika ada yang tanya mengenai perkara hukum agama yang tidak kita pahami. Jangan kita jawab, tapi dekatkan orang yang bertanya itu kepada alim-ulama."


Memang, berdakwah itu simple. Tidak harus alim dulu baru ngajak orang. Makanya, cara ngajak -dakwah artinya ngajak. Bukan ngajar- jangan seperti cara ngajar. Pernahkah kita mengajak orang makan...? Ketika orang yang kita ajak tidak mau apa yang kita buat...? Yah, rayu. Kita akan rayu dia supaya mau temani kita makan. Hemmmm, terus kalau orang yang kita ajak tadi tidak mau juga apa yang kita lakukan...? Apa...? Pasti kita akan introspeksi diri mungkin makanannya kurang enak atau kita akan berprasangka baik bahwa dia sudah kenyang. Terus...? Yah, pasti langsung kita makan. Seperti itulah dakwah. Kita cuman ngajak sholat bukan ngajar sholat. Jika yang diajak nggak mau kita introspeksi diri, mungkin kita yang kurang doakan dia sehingga Allah belum bagi hidayah atau kita berprasangka baik bahwa mungkin dia sudah sholat. Hemmmm, simpelkan dakwah...? Ayo dakwah!


2. Pahami kemuliaan dakwah

Dulu, banyak orang bangga menjadi tim-ses, tim sukses pasangan calon gubernur atau tim-ses Presiden. Dengan bangganya mengkampanyekan ini dan itu. Seolah-olah harus dia yang pimpin, baru negeri bisa baik. Ada juga yang mengatakan harus dilanjutkan presiden ini kalau infrastruktur mau kelar dibangun. Masing-masing bangga dengan apa yang ia jagokan. Lantas apa yang diharapkan dengan itu...? Jelas yang dia inginkan adalah kedekatan dengan orang yang dijagokan itu -ini terlepas dari isu panas politik sekarang ini- jika kita sudah dekat ada rasa kebanggaan. Terus apalagi yang diharapkan, biasanya kedudukan. Jika orang yang kita jagokan terpilih. Umpamanya, dia menjabat gubernur. Pasti sang gubernur akan melirik pertama kali kepada siapa pendukung-pendukung utamanya. Hemmmm, selanjutnya kedudukan, popularitas, berbagai kemudahan akan didapat. Ini, baru seorang makhluk yang kita promosikan, yang kita besar-besarkan. Ketika si kecil menjadi besar. Kitapun akan ikut menjadi besar.


Wahai saudaraku, ketahuilah kemuliaan dakwah melebihi semua kemuliaan yang disebutkan di atas. Perlu dipahami bahwa, yang kita promosikan ini bukan "orang kecil" tapi yang kita promosikan ini adalah Allah. Dialah yang menciptakan jagad raya untuk kita. Langit-bumi milik Dia. Yang kita promosikan adalah jalan kebahagiaan dan ketentraman, bukan tunggu terpilih atau terpilih lagi baru kita bisa menikmati janji kampanyenya. Bukan. Menit ini. Detik ini. 


مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An- Nahl: 97). Kita menjadi pelopor kebaikan. 

Kenapa kita malu berdakwah, malu ngajak orang ke jalan yang benar, karena kita merasa bahwa ajakan kita akan dicuekin. Sekarang gini, kalau ada orang yang ngasih duit 100 Miliar supaya uang itu kita bagi-bagi ke semua orang. Kemana kita pergi untuk bagi uang itu, selalu ada kamera tersembunyi yang ngintip kita. Sedangkan, kita akan diberikan gaji 1 triliun jika berhasil dalam waktu cepat. Hemmmm, apa yang terpikirkan...? 


Kita akan berlari sekencang mungkin. Tanpa berfikir panjang, ketok setiap rumah, jumpa setiap orang menjelaskan seperlunya, senyum yang merekah, kepuasan batin karena berbagi. Beri tanpa berfikir. Semua orang di berikan. Hati berbunga-bunga. Tidak terkira perasaan, jika tugas yang diemban telah selesai. Hemmmm, Subhanallah. 1 trilyun untuk sendiri. Wow, amazing! 


Hemmmm, seperti itulah dakwah. Kita akan bahagia menjalaninya. Sesuatu yang kita bagi itu, bukan 1 Miliar, bukan 1 trilyun tapi jika orang yang kita ajak menerima. Umpamanya, dia sholat. Bukan sholat fardhu tapi sholat sunnahnya saja nilainya disisi Allah bukan seharga 100 Miliar yang bisa diperebutkan oleh para koruptor. Tapi nilainya disisi Allah syurga yang lebih baik daripada dunia dan seluruh isi-isinya. Tidak banggakah engkau jika kamu yang menjadi perantara untuk membagikan hadiah itu kepada semua orang. Yah, itulah dakwah. Dakwah yang kamu anggap selama ini beban. 


Itulah kemuliaan kamu. Seakan-akan kamu menjadi "wakil Tuhan" untuk menangkap orang ke jalan syurga-Nya. "Hemmmm, terus kalau sudah selesai tugas apa bagian saya...?" Tenang kamu akan mendapatkan apa yang mereka semua amalkan tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, itu baru bonus kamu. Bukan pahala pokok. Disebutkan dalam satu riwayat, "satu kata dalam dakwah lebih baik daripada pahala ibadah sunnah setahun penuh." Bayangkan jika pahala sholat sunnah semenit saja bisa berpahala syurga yang lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya. Bagaimana jika ibadah setahun...? Wow! Allahu Akbar! 


Sekarang saya mau ajak kamu ucapkan kalimat tasbih, "Subhanallah!". Ayo ucap...! Kurang keras. Apa? "Subhanallah...!" Jika yang baca tulisan ini ada 1000 orang maka setiap orang tadi mendapatkan pahala satu Subhanallah, sedangkan saya yang menjadi pelopor diucapkannya kalimat "Subhanallah." Saya akan mendapatkan pahala 1000 dari pahala kalian, tanpa berkurang pahala kalian. Itu sebagai bonus buat saya. Ditambah pahala pokok saya satu Subhanallah dan sekali ajakan kepada Allah dengan pahala setahun ibadah sunnah.  Tahukah kamu, Bahwa pahala sekali ucapan Subhanallah dalam satu riwayat disebutkan, "Akan ditanamkan satu pohon di syurga". 


Gambaran tentang pohon di syurga adalah dalam riwayat Muslim disebutkan "kita kelilingi dengan kuda tercepat selama 100 tahun, belum sampai ke tempat start tadi." Tarulah, seekor kuda tercepat sekarang ini bisa menempuh jarak 70 km/ jam. Karena menurut Guinnes World Record Bahwa, kuda tercepat berlari bisa mencapai 70, 76 km/ jam. Sekarang coba hitung, 70 (km/ jam) X 24 (jam) X 360 (hari) X 100 (tahun). Hemmmm, setelah dihitung ditemukan angka 60 juta, 480 ribu kilometer. Subhanallah, itupun kata Nabi saw., belum bisa mengelilingi seluruhnya. Ini pahala bacaan sekali ucapan Subhanallah yang Allah berikan kepada satu orang. Allahu Akbar! Pahala satu Subhanallah lebih besar dari luas benua Asia ditambah dengan benua Amerika. Benua Asia luasnya 44, 58 juta km, sedangkan luas benua Amerika adalah 10, 18 juta km. Luas keduanya baru mencapai 54, 76 juta km2. Sedangkan pahala satu ucapan Subhanallah mendapatkan sepohon gede yang langsung berbuah dengan 70 rasa, bukan cuman manis, asam, asin. Pohon dengan buah yang tidak pernah putus-putusnya seluas naungan 60, 47 juta kilometer persegi. Wow, Subhanallah. Allahu Akbar! 

Kebahagiaan terbesar lagi, bahwa orang bisa ucapkan satu Subhanallah itu adalah dengan perantaraan kamu. Betapa bahagianya hatimu memberikan pohon seluas itu kepada semua orang. Gratis! Itu baru Subhanallah, bagaimana kalau pahala sholat fardhu, puasa Ramadhan yang wajib, Haji dan umroh, apalagi ia mau dakwah ngajak orang lain lagi untuk dakwah. Maka akan terjadi silsilah bonus pahala dari hulu ke hilir, tanpa mengurangi pahala mereka. ALLAHU AKBAR! Hanya Allah sendiri yang tau kandungan pahalanya. Lahaula walaa quwwata illa billah. Hemmmm. Subhanallah.  Simpelkan sayang...? Yuk Dakwah! 
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar