Rabu, 25 Juli 2018

Membangun Etos Kerja Berbasis Spiritual Learning


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Tulisan kali ini adalah permintaan khusus dari musyawarah mingguan markaz. Markaz adalah istilah yang digunakan dalam kerja dakwah wa tabligh, sebagai pusat pertemuan atau masjid sentral. Fungsi markaz selain tempat ibadah dan ta'lim atau wadah pembelajaran agama. Markaz juga digunakan untuk merancang, mengontrol, mengoordinasikan unit-unit dakwah baik skala jamaah, perorangan baik persatuan wilayah pemerintahan. Pembahasan yang dititikberatkan pada pembinaan amalan  masjid dan masyarakat yang mendiami kawasan pemukiman tertentu.

Pada musyawarah itulah, penulis diamanatkan untuk membuat semacam profil singkat. Profil tentang apa dan bagaimana potensi dan pembinaan kecerdasan spiritual atau yang dikenal dengan Spiritual Quotient (SQ).

Walaupun yang diminta adalah berbentuk syllabus. Tapi, penulis sengaja menyusunnya dalam bentuk artikel agar mudah dikonsumsi oleh semua orang. Serta tulisan ini bisa dijadikan panduan awal untuk mengenal potensi Kabupaten Kolaka Timur (Koltim). Serta apa manfaat atau output yang akan dicapai dengan proses pembelajaran dengan metode khuruj fii sabilillah ini. Demi pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) dimaksud. sehingga, menghasilkan mental  abadi praja yang patriotik, nasionalis dan agamis.

Untuk memudahkannya, kami membaginya dalam beberapa bagian. Silahkan disimak.

1. Selayang pandang Kabupaten Kolaka Timur (Koltim).

Menurut keterangan dari pusat informasi Kabupaten Kolaka Timur yang dimuat pada situs kolakatimurkab.go.id bahwa Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu dari 17  kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk melalui UU Nomor 8 tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Kolaka Timur yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka tersebut terdiri dari 117 desa dan 16 kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan.

Kabupaten Kolaka Timur masuk dalam kawasan strategis nasional (KSN) Kepentingan Ekonomi & Lingkungan yakni KSN Kapet, KSN Rawa Aopa Watumohai dan KSN Rawa Tinondo. Selain itu, Kolaka Timur juga dimasukkan dalam kawasan strategis provinsi yakni PKIP Wilayah Pelayanan Pomalaa & KSP Industri Perkebunan Kakao Ladongi.

Potensi besar dari Kabupaten yang diharapkan memberikan sumbangsih kepada negara itu. Sumbangsih dibidang pengembangan ekonomi dan pemberdayaan lingkungan khususnya, dan penyejahteraan masyarakat pada umumnya. Semua itu hanya bisa terealisasi jika aparatur pemerintahan yang mendiaminya memiliki inner control atau kontrol dalam. Inner control yang terpatri  dalam diri untuk terus berkarya kepada kemaslahatan manusia demi pengabdian kepada Sang Khalik.

Inner kontrol itulah yang disebut dengan kecerdasan spiritual alias Spiritual Quotient (SQ). Dengan Spiritual Qoutient mampu mengontrol kinerja aparatur negara tanpa pamrih, karena bagi sang aparatur mengabdi dan memberikan pelayanan yang prima kepada seluruh khalayak adalah suatu anugerah, perintah suci dari Pemilik Alam, Allah swt.

Kabupaten yang memiliki PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak 7. 114 jiwa itu (BPS: 2015). Jika tidak dikontrol oleh inner control yang tangguh, maka tidak bisa dipungkiri kekurangan dan kekeliruan yang disengaja, akan nampak disana dan di sini. Kekeliruan dalam menjalankan tugas merupakan suatu keniscayaan yang melekat pada sifat kemanusiaan. Tapi, unsur kesengajaan dalam melakukan suatu kesalahan apalagi kesalahan bersistem, ini sesuatu di luar kepatutan. Hanya dengan inner control yang sempurna dan mumpuni saja yang bisa mengatasi itu.

Katakanlah, 10% saja yang melakukan kesalahan secara tersistem seperti di kabupaten yang tidak perlu disebut. Angka ketidak hadiran para aparatur negara pada kabupaten lain itu, telah membuat sistem pelayanan publik begitu terganggu. Maka, kami hadir sebagai solusi untuk menawarkan kegiatan yang selaras dengan program pemerintah pusat untuk 'merevolusi mental' baik aparatur negara,  eksekutif, yudikatif, dan legislatif sampai kepada tingkat terendah buruh, dan seluruh lapisan masyarakat.

Kegiatan dakwah dan tabligh yang telah tumbuh berkembang hampir diseluruh jagad. Bukan hanya di nusantara tercinta ini, tapi telah menembus ke seluruh wilayah yang pernah ditinggali oleh manusia. Ke kutub utara, suku eskimo, jamaah dakwah ini telah sampai ke sana. Bukan untuk sekedar wisata tapi yang lebih prinsipil adalah untuk membangun kesadaran umat akan hari pembalasan di akhirat.

Akan tiba suatu masa yang mana kita dihadapan dengan seluruh catatan baik maupun buruk. Disidang di hadapan seluruh manusia. Kakek-nenek kita lihat perbuatan kita, anak-cucu kita berantai sampai hari kiamat akan menyaksikan hasil karya dan perbuatan kita. Apakah karena Allah atau karena yang lainnya. Inilah, inner control yang mesti disusupkan kepada jiwa-jiwa para hamba Allah itu. Apapun status dan golongannya, pangkat dan jabatannya. Hartawan atau miskinkah dia. Ningrat atau jelatakah dia, mesti tercipta jiwa-jiwa yang takwa. Jiwa yang senantiasa mengharapkan perjumpaan yang paling diridhoi oleh Allah, yakni mati dalam keadaan husnul khatimah. Mati dalam puncak karya, mengabdi kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya.

"Barangsiapa yayang berbuat kebajikan (walaupun) sebesar zarrah pasti ia akan melihat balasannya. Dan Barangsiapa yang melakukan kebejatan (walaupun) sebesar zarrah, pasti dia akan melihat balasannya." (QS Az-Zalzalah: 7-8) 

2. Pengaruh Spiritual dalam etos kerja

Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa inner control adalah pola sistem kontrol yang berlangsung kapan dan dimanapun. Semua aparatur pemerintahan akan menjalankan amanah, tugas, pekerjaan yang sesuai tupoksi masing-masing instansi. Pelaksanaan tupoksi (Tujuan Pokok dan Fungsi) dari setiap individu pada instansi masing-masing hanya bisa berjalan jika ada rasa tanggung jawab dan merasa dikontrol oleh 'Big Boss'. Mental ABS (Asal Bapak Senang) adalah mental yang dilahirkan dari rezim otoriter. Semua ingin kelihatan lancar dan baik dihadapan the big boss, bos besar. Padahal, dari segi fakta dan kenyataan di lapangan tidak seperti laporan diatas kertas itu. Inilah kerja yang sebenarnya, berbuat yang terbaik walaupun the big boss sedang di luar. 

Jika tugas dan tanggung jawab ini, berjalan sesuai dengan inner control yang diharapkan. Maka, kemajuan disegala bidang akan berjalan naik. Grafik pertumbuhan ekonomi, kestabilan sosial kemasyarakatan, menurunnya angka kriminalitas dan semua dampak positif dari peningkatan etos kerja dengan inner control akan nampak merata. Inilah tujuan didirikan negara ini. Untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. 

Pekerjaan adalah ibadah. Apalagi, pekerjaan yang bentuknya pengabdian kepada khalayak. Perhatikan sabda Rasul berikut ini. 

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ» قلنا: لمن؟ قال: «لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم». رواه مسلم
"Agama adalah nasehat. Para Sahabat bertanya: Untuk siapa?. Dijawab Nabi: Nasehat untuk Allah, nasehat untuk Rasul, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh khalayak". (HR. Muslim)

Telah dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muslim bahwa maksud nasehat disitu adalah, "uridul khair ilal ghair", menghendaki kebaikan kepada selain dirinya. Dalam bahasa kita adalah pengabdian dan dedikasi. Jadi, agama (Islam) itu adalah dedikasi kepada Allah, kepada Rasul, kepada pemimpin kaum muslimin dan masyarakat seluruhnya. 

Tidak cukup sampai disitu, Allah swt. pun berfirman. "Bekerjalah! 

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 105)

Stressing dan penekanan disini sangat jelas agar dalam menjalankan amanah pemerintahan, atau pekerjaan apapun perlu menghadirkan nilai spiritual di situ. Bahwa, pekerjaan ini adalah tugas suci yang diperintahkan oleh Sang Ilahi. Selain pengabdian dan pelayanan kepada publik ini adalah amanat nasional dan amanat Allah dan Rasul-Nya. 

3. Hubungan Emosional dan Spiritual Quotient (ESQ)

ESQ adalah singkatan dari Emosional, Spiritual Quotient. Maksudnya, emosional yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip spiritual. Maka, akan timbul harmonisasi antara hubungan horizontal kemasyarakatan dan stabilitas vertikal ketuhanan. 

Orang yang melakukan pengabdian dan pelayanan hanya berdasarkan horizontal emosional. Berdasarkan untung-rugi pada titik terendah dalam menjalani hidup ia akan frontal dengan keadaan. Tapi, jika ia memiliki ESQ yang mumpuni, maka perkara yang dicemaskan itu menjadi sirna. Why? Karena telah terpatri dalam jiwanya bahwa ada kontrol dari sang pencipta. Semua ada jatah dan porsi masing-masing. Tidak perlu risau dengan keadaan yang mencemaskan ini dan itu. Semua bisa memperbaiki dengan penataan stabilitas, dimulai dari diri sendiri dan hal-hal yang kecil menuju perbaikan global. 

Inilah keseimbangan dan harmonisasi hidup. Yang dikejar oleh para filsuf. Diceritakan oleh para sastrawan, digembar-gemborkan oleh para politisi dan diceramahkan oleh para pendakwah. Keseimbangan dalam segala bidang. Aspek terkecil hingga terbesar. Itulah keseimbangan vertikal dan horizontal. 

4. Apa dan bagaimana pembelajaran Spiritual Learning

Sempat sudah ada pra-perkenalan di depan. Bahwa kegiatan dan usaha dakwah wa tabligh adalah usaha yang telah berjalan di seluruh pelosok dunia. Dengan usaha yang telah dirintis sejak 1925 silam. Usaha yang murni bergerak pada bidang perbaikan sifat kemanusiaan. Perbaikan sifat ketakwaan. Perbaikan dibidang sosial kemasyarakatan. Perbaikan akhlakul karimah. Usaha yang tidak ada kaitannya dengan isu apapun, baik ras, politik dan golongan. 

Usaha yang lahir dari anak benua india itu, telah banyak mengubah keputusasaan menjadi harapan. Telah mengubah dari lembah kenistaan kepada puncak kemuliaan. Usaha yang jika dijalankan sesuai tertib zahir dan batin maka akan menghasilkan manusia yang paripurna. Manusia yang senantiasa Inabah, kembali kepada Allah. Walaupun godaan silih berganti menghampiri, bukan dia akan terjerumus. Malah, dia akan menjadi pionir kebaikan dan perbaikan. Inilah usaha dengan modal diri sendiri dan harta sendiri. 

Inilah tertib perbaikan yang spektakuler itu. Usaha yang bukan hanya membentuk pribadi yang pesimis tapi optimis. Usaha yang tidak membutuhkan banyak modal, apalagi menghabiskan APBD. Mengapa demikian? Karena usaha dakwah ini mensyaratkan perbaikan diri dengan pengorbanan. Pengorbanan dari yang paling kita cintai baik dari segi materiil dan moril. Perbaikan yang menuntut perbaikan, diri, harta dan waktu. Maka, modal awalnya adalah diri, harta dan waktu itu dikorbankan terlebih dahulu. Allah firmankan. 

"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat. Dan berjihadlah kamu dengan harta dan diri kamu sendiri di jalan Allah. Yang demikian itu, lebih baik jika kamu mengetahui." (QS Attaubah: 41).

Walaupun sebenarnya, jihad dalam konteks khusus adalah membela kaum muslimin dalam keadaan terdesak oleh serangan musuh. Tapi, secara luas jihad adalah upaya memperjuangkan nilai-nilai spiritual dalam mengamalkan agama baik dari segi perbaikan hubungan vertikal ataupun horizontal.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

"Kamu tidak akan mencapai kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan apa-apa yang paling kamu cintai." (QS Ali Imran: 92)

Begitupun dakwah ini, tidak akan tercapai perbaikan secara total dan menyeluruh . Manakala tidak dikorbankan harta, diri dan waktu yang begitu berharga. Kebiasaan dan kesenangan kita adalah menghamburkan 3 potensi tadi, harta, diri dan waktu sesuai nalar yang kita suka dan cintai. Tapi, demi terapi dan perbaikan spiritualitas, mentalitas atau aspek emosional hanya bisa terlaksana jika juklak (petunjuk dalam pelaksanaan)  pada terapi itu dilaksanakan.

Bukankah, kita pun akan melakukan hal serupa jika membutuhkan terapi pada perbaikan kesehatan 'luar' kita. Kesehatan jasadiah. Bahkan, orang yang terkena diabetes rela untuk meninggalkan memakan nasi, mengkonsumsi manisnya gula, dan sebagainya.

5.  Sarana Pembelajaran Spiritual Quotient (SQ)

Sarana Pembelajaran pada spiritual learning ini sangat sederhana. Sarana yang dibutuhkan tidak memerlukan pengadaan barang tertentu. Yang dibutuhkan hanyalah kesiapan dari peserta untuk tawajuh alias fokus dalam mengikuti dan terlibat langsung dalam kegiatan dimkasud. 

Pola kegiatan dan pembinaan spiritual Qoutient adalah berbasis masjid. Sebagaimana Rasulullah saw membentuk kepribadian sahabatnya di kurun awal generasi terbaik dari umat ini. Baik dalam safar, hijrah ke madinah, semua yang menjadi sentra kegiatan adalah masjid. Di perjalanan namanya masjid Quba yang diprakarsai oleh seorang sahabat bernama Ammar bin Yasir ra.

Ketika di madinah. Masjid Nabawi adalah pusat dari semua kegiatan untuk membangun dan membina umat yang rahmatan lil alamin itu. Yah, demikian pula kegiatan spiritual learning ini. Masjid adalah pusat kegiatan, yang dibutuhkan pada masjid yang ingin digunakan hanyalah fasilitas untuk sholat berjamaah, tempat wudhu dan MCK yang mumpuni. 

Sebab, kegiatan ini berlangsung selama 3 X 24 jam. Ini adalah standar kurikulum baku internasional. Seluruh dunia pola i'tikaf pesantren kilat untuk pembinaan iman dan amal ini adalah sudah standar. Tidak bisa dirubah. Jika dirubah, dalam artian dikurangi waktu pelaksanaannya, kemungkinan hasil terapi ruhani yang diinginkan malah tidak tercapai. Dengan kata lain pencapaian yang tidak maksimal. Sebagaimana orang terapi, maka banyak hal yang harus dia tinggalkan. Seperti itupun, keluarga dan kesibukan yang lain semua ditinggalkan. Hanya fokus pada perbaikan iman dan amal sebagai sarana pembentukan spiritualitas dan ketakwaan kepada Allah swt. 

Bagi peserta, pasti membutuhkan biaya konsumsi selama 3 hari. Tidak mahal, budget pengeluaran untuk konsumsinya. 3 X 24 jam hanya membutuhkan biaya standar Rp 30.000 - 36. 000.  Setiap hari hanya merogoh kocek Rp 10.000 - 12. 000,- tidak mahal bukan? Yah, itu semua sudah mencukupi untuk ngopi atau snack pagi-sore. Makan siang dan malam. Wow fantastis! Memang, demikianlah agama mengajarkan kita untuk secukupnya. Tapi tidak berkekurangan. 

Sarana Pembelajarannya adalah para peserta dilibatkan full baik dari pelibatan materi, rasa, perenungan yang dalam bagi setiap peserta itu. Para peserta akan berkontemplasi dengan dirinya sendiri. Ia akan mengukur sejauh mana dirinya telah berjalan sesuai dengan rambu-rambu Ilahiah dan rambu-rambu pemerintah. Selebihnya, akan dijelaskan pada program kegiatan selama 3 X 24 jam di bawah ini. 

6. Program dan materi Spiritual Learning

Materi yang akan disampaikan oleh para instruktur adalah seputar materi adab sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa demikian, karena selama 3 X 24 jam adalah hanyalah aplikasi kemasyarakatan yang berbasis masjid. Kegiatan ini tidak lain hanyalah kegiatan pembentukan karakter spiritual yang mumpuni. Pembinaan karakter spiritual tidak membutuhkan materi ceramah yang membosankan hingga berjam-jam. Tidak, metode pelibatan langsung kepada praktek amaliah. Pembiasaan makan duduk sesuai sunnah, berpakaian ala sunnah, minum tidak berdiri ala sunnah, bertutur senantiasa diisi dengan kalimat dakwah dan hikmah. 

Muzakarah adalah metode yang paling sering digunakan pada penyampaian materi "aplikasi adab dan sunnah". Muzakarah adalah kegiatan take and balances dari, dan untuk kita. Tidak monoton dari A sampai Z hanya pemateri tok yang berbicara, sedangkan peserta hanya melongo. Peserta hanya D4P (datang, duduk, dengar, diam dan pulang). Tidak, tidak seperti itu. Setelah peserta dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5- 10 orang. Satu instruktur akan menemani. 

Muzakarah tentang adab berlangsung sekitar 15 menit kemudian peserta akan mengulang apa yang telah disampaikan atau menambah dari materi apa yang mau ditambahkan. Take and give adalah metode terbaik untuk mengaktifkan semua peserta. Eit, itu bukan sarana pembelajaran murni. Pembelajarannya dikatakan sempurna jika peserta terlibat langsung dalam pengamalan nilai-nilai adab dan sunnah dalam 3 X 24 jam itu. Jika minumnya masih berdiri maka peserta yang lain atau instruktur akan mengingatkan dengan lembut tentang amalan sunnah yang telah didapat pada materi sebelumnya. Sehingga, materi bukan hanya dihafal tapi lebih daripada itu diamalkan dan disampaikan. Proses Pembiasaan ini berlangsung khidmat selama 3 X 24 jam tersebut. 

Ada juga, program jaulah. Jaulah adalah program dakwah keliling. Dakwah seperti ini lebih mirip dan mendekati cara dakwah semua para Nabi dan Rasul. Inilah metode terbaik untuk membentuk karakter da'i yang membaja. Karakter yang tidak terkesan dengan pujian dan tidak rendah dengan makian.

Kegiatan ini berlangsung pada sore hari, ketika kebanyakan masyarakat telah kembali dari beraktivitas di luar rumah. Rombongan dibentuk sekitar 8 - 10 orang. Ada yang ditugaskan sebagai dalil atau penunjuk arah. Kerjanya mengetok pintu, memberikan salam dan menyampaikan bahwa ada penyampaian dari jamaah. Setelah orang yang dituju atau tuan rumah itu siap mendengar, maka seorang mutakallim tampil. 

Mutakallim adalah pembicara alias juru bicara dari jamaah jaulah. Ia akan berbicara singkat seputar kehidupan dunia yang sementara dan membutuhkan bekal untuk menuju akhirat. Semua peserta mendengar dengan tertib. Pengulangan materi dan penyampaian dari sang mutakallim itu akan membekas pada pembicara sendiri dan kepada jamaah jaulah itu sendiri. Diakhir pembicaraan, sang mutakallim akan mengajak tuan rumah untuk terlibat langsung di masjid pada ceramah maghrib. 

Kronologi kegiatan mulai dari awal hari sampai berakhir adalah seperti berikut. Pertama, kegiatan ini dimulai dengan musyawarah- tentunya pembekalan atau yang diistilahkan dengan bayan hidayah telah diterima sebelum keberangkatan di Masjid tempat kumpul awal-. Musyawarah seputar apa yang akan dilaksanakan pada hari itu, siapa petugas, siapa bagian khidmat atau pelayanan kepada jamaah, siapa yang akan dikunjungi secara khusus alis jaulah khususi. Siapa yang bertugas sebagai penceramah atau mubayin pada ba'da maghrib dan ba'da Subuh. Dimusyawarahkan pula, siapa instruktur atau amir muzakarah. Berapa kisaran biaya makan atau konsumsi dalam sehari. Siapa yang bertugas untuk ta'lim atau pembacaan kitab Fadhilah amal, peserta yang bagus bacaannya pun boleh tampil. 

Setelah musyawarah, maka peserta akan diberikan muzakarah singkat tentang adab dan etika ketika berada di masjid. Kemudian istirahat beberapa menit, istirahat diisi dengan sholat sunnah, baik Dhuha, zikir atau baca Al-Qur'an. Setelah itu program dilanjutkan dengan ta'lim pagi yang berlangsung dari jam 9 sampai jam 11.30. Menghabiskan waktu sekira 2,5 jam. 

Sesi ta'lim dibagi 3 bagian. Ta'lim kitab fadhilah amal, perbaikan tajwid bacaan Al-Qur'an alias halaqoh tajwid, dan muzakarah sifat mulia para sahabat yang dikenal dengan muzakarah 6 sifat. Setengah jam menjelang zuhur berlangsung kegiatan Ijtim'iyat atau program bersama diistirahatkan. Program jedah dengan baca Al-Qur'an, zikir atau para peserta saling berbagi satu sama lain tentang materi yang telah dimuzakarahkan. 


Setelah selesai sholat zuhur dilangsungkan dengan pembacaan satu hadits tentang keutamaan shalat. Pembaca boleh diambil dari peserta sesuai keputusan musyawarah pagi. Kemudian ada muzakarah singkat tentang adab dan sunnah makan. Jedah diantara ta'lim zuhur dan muzakarah ada sholat sunnah ba'da zuhur. Setelah makan, peserta diberikan waktu istrahat siang alias qailulah. 

Istrahat dimaksud untuk menguatkan ketika tahajud. Setengah jam menjelang ashar semua telah rapi untuk menuju sholat ashar. Pada sesi istrahat tadi,  peserta tidak boleh meninggalkan masjid, pusat kegiatan. Jika ia tidak merebahkan punggungnya, maka ia habiskan sesi istrahat dengan banyak berzikir, bertafakur menghayati hakikat kehidupan atau pula ia menghabiskan dengan membaca Al-Qur'an atau sholat sunnah. 

Setelah ashar ada ta'lim satu hadits seperti zuhur tadi. Cuman, ditambah dengan ajakan kepada masyarakat untuk terlibat dalam proses jaulah umumi, jaulah kepada seluruh khalayak. Juga ajakan untuk terlibat dalam ceramah maghrib setelah sholat berjamaah nanti

Ceramah maghrib menjelang isya. Seluruh isi ceramah maupun muzakarah tidak menyinggung masalah politik, masalah pemerintahan, masalah khilafiah atau perbedaan pendapat dikalangan ulama. Tidak menyinggung tentang sumbangan kepada jamaah atau membesar-besarkan status sosial orang tertentu. Murni, hanya membicarakan tentang hakikat kehidupan, amal ibadah yang akan dibawa, bagaimana perbaikan hubungan sesama manusia, manusia dan alam, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan pencipta-Nya. 

Setelah isya, ba'da sholat sunnah isya. Langsung jamaah sebagian bermuzakarah tentang ushul atau pokok-pokok dakwah atau seputar adab tidur atau adab dan  bersama istri, atau bersama keluarga atau adab dalam keseharian lainnya. Sementara sebagian yang lain bersilaturahim ke tokoh- tokoh tertentu untuk berbagi mengenai kepentingan dakwah di semua kalangan atau dikenal dengan jaulah khususi. 

Setelah dinner atau makan malam. Semua peserta dianjurkan beristirahat lebih awal agar bisa bangun tahajud lebih awal pula. Pelaksanaan tahajud tidak dilaksanakan secara berjamaah agar para peserta terbiasa untuk tetap tahajud di rumah ketika sudah kembali. Ia akan tahajud seberapa rakaat saja yang disanggupi. Sisanya, ia bisa isi dengan zikir dan baca Al-Qur'an. Setelah subuh dilanjutkan dengan bayan atau ceramah subuh. Setelahnya dilanjutkan dengan musyawarah program dan evaluasi kinerja dan amalan yang telah dilaksanakan, setiap peserta akan memberikan karguzari atau laporan singkat mengenai apa yang telah dilaksanakan atau dipelajari. 

Adapun materi muzakarah yang akan disampaikan adalah.
a. Adab Masjid
b. Ushul Dakwah atau pokok-pokok alias pondasi dalam dakwah. Diantaranya, tidak membahas mengenai politik praktis maupun aib diri, orang lain dan masyarakat.
c. Adab makan-minum
d. Adab tidur
e. Adab jaulah atau silaturahim baik khususi maupun umumi
f. Adab bermuamalah dalam pekerjaan
g. Adab keseharian di rumah atau di tempat kerja.
h. Bagaimana agar semangat atau jazbah agama tetap lestari ditengah badai kerusakan.

Demikian poin-poin tentang manhaj dakwah yang suci ini. Semoga dapat kita laksanakan dan dipraktekkan sebagaimana mestinya. Dari kami hamba Allah yang penuh kekurangan.

Wanggudu, 26 Juli 2018
Pukul 04.34 menjelang subuh di keheningan tahajud.

==========
Daftar Bacaan:

Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Kitab  Himpunan Fadhilah Amal. Bandung. Pustaka Ramadhan

An Nadwi, Abul Hasan Ali. 2009. Sejarah Maulana Ilyas Menggerakan Jamaah Tabligh. Mempelopori Khuruj Fii Sabilillah. Bandung. Pustaka Ramadhan

Badan Pusat Statistik. 2015. Kolaka Timur Dalam Angka. Kolaka. BPS Pusat.

Kolakatimurkab.go.id. diakses 24 Juli 2018

2 komentar: